Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 23, 2008

NENAS PANAI

Gambar
Dua bocah menunggui nenas yang akan dijual di tangkahan umum Labuhanbilik, Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhanbatu, Rabu (16/7). Nenas merupakan salahsatu hasil pertanian unggulan di daerah tersebut dengan produksi puluhan ton per minggu.(Sumber: Situs Labuhanbatu)

Sejarah Para Sultan di Labuhan Batu

Sebelum penjajahan Belanda memasuki daerah Labuhanbatu, sistem pemerintahan Labuhanbatu bersifat monarkhi yang Kepala Pemerintahan disebut Sultan atau Raja yang dibantu oleh seorang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja yang bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana Menteri). Kesultanan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari empat kesultanan, yaitu : 1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang 2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir 3. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik 4. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama. 5. Ditambah satu Half-Bestuur Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan Penjajah Belanda memasuki wilayah Labuhanbatu berkisar tahun 1825, disamping itu ada pula keterangan yang menyatakan setelah selesai Perang Paderi (berkisar tahun 1831). Pada tahun 1861 kesatuan angkatan laut Belanda di bawah pimpinan Bevel Hebee datang ke Kampung Labuhanbatu (di hulu Kota Labuh

Pulau Sikantan

Gambar
Merupakan kawasan wisata kepulauan di Desa Labuhan Bilik Kec. Panai Tengah. Kawasan ini dapat ditempuh melalui dua jalur darat dan sungai. Kawasan ini cukup menarik dikunjungi karena letaknya yang berada di kawasan kepulauan dan masih alami. (Sumber Situs Bappeda lab. Batu)

RINGKASAN SEJARAH KESULTANAN ASAHAN DARI ABAD XVI

Gambar
Asahan adalah sebuah daerah (kabupaten) dalam wilayah (Provinsi) Sumatera Utara. Pusat pentadbiran Kabupaten Asahan adalah Tanjung Balai yang berjarak ± 130 KM dari Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara. Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur negeri-negeri Melayu di Semenanjung Malaka pada masa itu. Namun pada tahun 1946, sistem kerajaan di Asahan telah digulingkan oleh sebuah pergerakan anti kaum bangsawan dalam sebuah revolusi berdarah yang dikenal sebagai Revolusi Sosial. Kesultanan-kesultanan yang ada di Sumatera Timur seperti Deli, Langkat, Serdang, Kualuh, Bilah, Panai dan Kota Pinang juga mengalami nasip serupa. Sejarah Awal Mengikut tradisi setempat, Kesultanan Asahan bermula

LEGENDA PULAU SIMARDAN

Berbagai kisah dan cerita tentang legenda anak durhaka. Di antaranya, Malin Kundang di Sumatera Barat yang disumpah menjadi batu, Sampuraga di Mandailing Natal Sumatera Utara yang konon katanya, berubah menjadi sebuah sumur berisi air panas. Di Kota Tanjungbalai, akibat durhaka terhadap ibunya, seorang pemuda dikutuk menjadi sebuah daratan yang dikelilingi perairan, yakni Pulau Simardan. Berbagai cerita masyarakat Kota Tanjungbalai, Simardan adalah anak wanita miskin dan yatim. Pada suatu hari, dia pergi merantau ke negeri seberang, guna mencari peruntungan. Setelah beberapa tahun merantau dan tidak diketahui kabarnya, suatu hari ibunya yang tua renta, mendengar kabar dari masyarakat tentang berlabuhnya sebuah kapal layar dari Malaysia. Menurut keterangan masyarakat kepadanya, pemilik kapal itu bernama Simardan yang tidak lain adalah anaknya yang bertahun-tahun tidak bertemu. Bahagia anaknya telah kembali, ibu Simardan lalu pergi ke pelabuhan. Di pelabuhan, wanita tua itu menemukan

TANJUNGBALAI PUNYA DUA MALAM PANJANG

Masyarakat Kota Tanjung Balai memiliki kekhasan, malam panjang dua kali seminggu, malam Kamis dan malam Minggu. Pada hari biasa selain Rabu dan Sabtu aktivitas masyarakat mulai sepi selepas magrib. Namun, pada malam panjang tersebut, hingga tengah malam pun keramaian masih dapat dinikmati. Sepanjang jalan dan pertokoan ada keramaian, apalagi tempat hiburan. Tidak jelas sejak kapan tradisi malam panjang pada hari Rabu malam ini mulai berlangsung. Namun, masyarakat setempat meyakini, tradisi itu tidak lepas dari kebiasaan para nelayan yang mendarat setiap hari Rabu dan Sabtu. Pada hari itu para nelayan memberikan uang hasil melaut kepada keluarga. Pada malam harinya mereka menikmati hiburan. Maka digelarlah acara menyambut malam panjang di sekitar kampung nelayan. Lama-kelamaan kebiasaan ini menyebar ke daerah sekitarnya, termasuk Kisaran, Kabupaten Asahan. Mirip pasar malam. Tradisi malam panjang yang ada di kota kerang ini dapat mencerminkan betapa besar pengaruh kehidupan ne