LEGENDA GUA "LIANG NAMUAP" DI SIBUHUAN SOSA
Cerita Rakyat :
LEGENDA GUA "LIANG NAMUAP" DI SIBUHUAN SOSA
LEGENDA GUA "LIANG NAMUAP" DI SIBUHUAN SOSA
Dikisahkan oleh : Drs. Harunsyah, M.AP berdasarkan survey lokasi, dialog dengan penjaga kunci gua dan penuturan tokoh masyarakat setempat
Alkisah tersebutlah sebuah kerajaan kecil di Sosa-Sibuhuan. Raja ini
bermarga Hasibuan yang mempunyai seorang putri cantik jelita, kulitnya
putih halus sehingga bila ia minum membayang terlihat air yang melalui
kerongkongannya. Kebiasaan putri ini adalah mandi sore bersama
dayang-dayang pengasuhnya di hulu sungai Batang Sosa (di hulu aliran Sungai Barumun yang melalui
kerajaan kecil ini).
Kebiasaan putri ini rupanya diam-diam
diamati oleh seorang pangeran dari sebuah kerajaan ghaib. Kerajaan ghaib ini mempunyai
istana di puncak gunung di atas kerajaan putri tersebut yang secara kasat mata
saat ini hanya berbentuk gua.
Perkenalan putri Hasibuan dan Pangeran
Kerajaan Ghaib ini dari hari ke hari membuat putri dan dayang-dayangnya sering hari sudah malam baru tiba di istana, hal ini membuat raja gusar dengan menambah pengawalan bagi putrinya serta membatasi untuk
bermandi-mandi lagi di tepian sungai tersebut.
Adanya pengawasan
ketat raja terhadap putrinya ini, membuat kerinduan yang mendalam di
hati sang pangeran kerajaan ghaib yang sekian lama tak bertemu dengan pujaan hatinya
di tempat pertemuan mereka selama ini, begitu pula perasaan hati sang putri
yang selalu gundah gulana.
Suatu hari sang pangeran melakukan
pertemuan rahasia dengan sang putri, dari pertemuan tersebut mereka
bersepakat untuk menghadap ayahda sang pangeran menyampaikan isi hati
mereka untuk melanjutkan hubungan membina rumah tangga bersama.
Singkat cerita pihak keluarga pangeran mendukung niat mereka, tapi tidak
halnya dengan pihak keluarga sang putri. Timbullah niat sang pangeran
untuk melarikan sang putri, dimana sang putri juga bersedia meninggalkan
keluarganya dan masuk ke dunia sang pangeran belahan hati.
Pada
hari yang dijanjikan bertemulah kedua kekasih ini ditempat biasa
bertemu. Dengan diantar beberapa dayang-dayangnya sang putri telah
ditunggu rombongan sang pangeran. Sebelum berpisah dengan para
dayang-dayangnya sang putri meletakkan keris emas dan tepak emas
pemberian rombongan pangeran di tempat pertemuan mereka itu sebagai
tanda pada ayahda paduka raja bahwa ia telah dipersunting pangeran
kerajaan ghaib tambatan hati.
Berpisah lah antara rombongan pangeran yang membawa putri dengan
para dayang-dayang kembali ke istana dan menyampaikan hal yang terjadi
kepada keluarga raja di istana. Mereka menyampaikan pesan sang putri
bahwa dia telah dilamar pangeran pujaan hati dari alam lain. Bila ayahda
mau bertemu datanglah dengan membawa pemberian pangeran (keris emas dan
tepak emas) ke gua di puncak gunung di atas kerajaan ayahda.
Berhari-hari ayahda putri dan keluarga bersedih hati kehilangan putri
tercinta, sampai suatu saat sang raja memutuskan untuk menjumpai
putrinya didampingi keluarga dan rombongan istana ke istana sang
pangeran di puncak gunung itu.
Pihak istana sang pangeran melalui
orang-orang pintar utusan raja menyampaikan hasrat raja untuk
mengunjungi putrinya sekaligus bersilaturahmi dengan pihak besan.
Dipersiapkan lah acara besar dan meriah penyambutan keluarga sang putri.
Pasukan kuda istana yang dikomandoi panglima di atas gajah putih,
meja-meja besar dan aula yang ditata rapi dan indah. Puluhan juru masak
istana juga mereka persiapkan.
Tibalah hari yang dinantikan
tersebut, raja dan rombongan berangkat menuju istana "Liang MANUAP" di
puncak gunung Parapat, Sosa-Sibuhuan dengan menaiki kuda dan sebagian
berjalan kaki. Suara kera yang saling bersahutan semenjak dari batas
wilayah kerajaan sang putri sampai kepada kera di batas kerajaan sang
pangeran. Tahulah mereka bahwa rombongan pihak besan akan tiba.
Sepanjang perjalanan rombongan sang ayahda raja Hasibuan disuguhi musik
dan tarian penyambutan yang tak terlihat secara kasat mata namun dapat
mereka rasakan dan dengarkan sayup-sayup dari kejauhan.
Ketika
hampir sampai, rombongan disuguhi tembakan meriam sebagai penghormatan
kepada tamu (bukti meriam ini sampai sekarang masih dapat dilihat dan
sudah menjadi fosil batu).
Setelah pernikahan Sandialus (Putri Raja Hasibuan) dengan Pangeran
Ghaib, mereka sering mengunjungi sang ayah Raja Hasibuan (sekarang Desa
Parapat Sosa, 18 Km dari Sibuhuan). Mereka sering datang bersama
rombongan. Bila mereka berkunjung akan dijamu layaknya manusia biasa.
Disambut dengan musik-musik dan tarian serta berbagai jenis makanan dan
jamuan.
Bagi masyarakat setempat hal ini sudah biasa dilihat dan disaksikan oleh mereka. Suasana penyambutan
yang meriah namun tidak melihat para tamu, kecuali Sandialus sang Putri
Raja Hasibuan. Jamuan banyak dihidangkan tapi untuk siapa? Tanya mereka
dalam hati. Hal ini sampai juga ke telinga kerajaan tetangga.
Perlu kita ketahui jejak sejarah Sibuhuan dan sekitarnya adalah
mayoritas bermarga Hasibuan. Dahulu yang membuka kawasan ini adalah
Maharaja Jabulung Boti bergelar Mahodum Pangulu Bosar yang makamnya
terletak di sebuah puncak bukit berjarak sekitar 3 Km di Timur Sibuhuan,
di desa Lubuk Sona. Menurut hikayat sang raja bermakam disini adalah
berkat penunjukan "ilhami" dari gajah putih peliharaan sang raja, karena
masing-masing putra raja (yg membuka kerajaan baru Janji Lobi di Barat
Sibuhuan, Parsombaan di Utara Sibuhuan, Lubu Sonik di Timur Sibuhuan dan
Simanuk Jae di Selatan Sibuhuan), masing-masing putra menginginkan
ayahnya dimakamkan di wilayah kerajaannya.
Kerajaan-kerajaan
tetangga itu sebenarnya masih punya ikatan darah dengan sang raja
(keturunan Maharaja Hasibuan, ayah sang raja), tentu saja bermarga
Hasibuan juga.
Untuk merahasiakan dan menutupi rasa malu, karena
sang raja bermenantukan makhluk ghaib maka rajapun meminta kepada putri
dan menantunya untuk tidak lagi datang ke kerajaannya bersama rombongan,
kecuali mereka berdua saja tanpa diketahui masyarakat.
Hal ini
diketahui oleh raja ghaib di puncak gunung itu (ayah Pangeran Ghaib).
Murkalah ia dan bersumpah bila siapa saja laki-laki dari kerajaan lain
(keturunan Hasibuan lainnya) di luar kerajaan besannya bila sampai
memasuki wilayahnya tentu akan ditawannya sampai ada penebusan yang
disetujuinya. Ia juga bersumpah akan membantu kerajaan besannya dari gangguan dan ancaman musuh-musuhnya.
Sampai sekarang bila ada laki-laki bermarga Hasibuan yang memasuki gua tersebut bila mempunyai niat yang tidak baik akan hilang (ghaib) ataupun tidak disampaikan maksudnya untuk sampai memasuki gua tersebut. Begitu pula desa yang ada di sekitar gua tersebut, yaitu Desa Parapat Sosa sering masyarakatnya seperti dibantu oleh makhluk yang tidak kasat mata bila mereka diganggu ataupun menghadapi musuh. Ada seorang masyarakat disana bernama Adnan Harahap menceritakan bahwa bila ada pertandingan sepak bola antar desa, entah kebetulan atau ada sesuatunya ternyata desa ini tidak pernah kalah dari lawan-lawannya. Mereka merasakan seperti ada bantuan dari sesuatu yang tidak kasat mata. Begitu pula dari hal-hal lainnya.
Saya almizan Hasibuan salah satu penduduk didesa parapat, dan alm.tua kalijung-jung Hasibuan adalah kades pertama didesa parapat sosa..
BalasHapusBulu Sonik atau Lubu Sonik?
BalasHapus