Setawar Sedingin Kerinduan akan adanya sebuah karya tulis yang bercerita tentang Sungai Berombang dan Sekitarnya yang begitu amat dan teramat langka dan boleh dibilang tidak ada, maka penulis memberanikan diri untuk memulainya, karena bila tak berani memulai sama saja pasrah dengan keadaan yang dekat dengan sebutan apatis dan tak mau tahu. Sumber-sumber informasi lain (karena tulisan dan dokumen tidak ada dijumpai) berupa orang-orang yang mengetahui sejarah Sungai Berombang pun sudah berpulang satu satu, jikalaupun masih ada juga merupakan pendengar dari pendahulunya, bukan merupakan saksi sejarah. Demikian susahnya untuk mencari informasi dan mengkonfirmasi hal-hal yang selama ini penulis ketahui dari penuturan Atok, Nenek, Uwak Pakcik, Makcik, Bunde, Abang, Kakak, serta masyarakat Sei. Berombang lainnya yang penulis dengar dahulu.Terkadang penulis hanya berintuisi dibekali dengan sejarah-sejarah daerah lain dan menganalogikannya dengan kultur, etnis, geografis, dan s...
Foto Gedung di Pantai Reklamasi Tanjungbalai; untuk menceritakan bahwa dahulu pada awal terbentuknya Kerajaan Asahan disini di Ujung Tanjung pertemuan antara Sungai Silau dan Sungai Asahan terdapat sebuah balai-balai tempat singgahnya para nelayan maupun sebagai tempat pertemuan (kongkow-kongkow) para masyarakat pesisir yg berdekatan Gedung Administrator Pelabuhan Tanjungbalai Pelabuhan (Boom) Tanjungbalai pada masa penjajahan Belanda Istana Sultan Asahan yang telah dirubuhkan pada masa Walikota Ibrahim Gani (awal 1980an). Istana pada gambar ini telah mengalami dua kali renovasi (Istana Pertama seberti foto di bawah ini) Tangkahan Sampan Tambang Cap Go Can Gedung Serba Guna Kelenteng di Pantai Reklamasi dengan pembangunan patung Budha di atasnya menimbulkan kontroversi dan kemarahan masyarakat Tanjungbalai yang mayoritas beragama Islam, karena sejak jaman Kerajaan Asahan, jaman penjajahan Belanda...
Cerita Rakyat : LEGENDA GUA "LIANG NAMUAP" DI SIBUHUAN SOSA Dikisahkan oleh : Drs. Harunsyah, M.AP berdasarkan survey lokasi, dialog dengan penjaga kunci gua dan penuturan tokoh masyarakat setempat Alkisah tersebutlah sebuah kerajaan kecil di Sosa-Sibuhuan. Raja ini bermarga Hasibuan yang mempunyai seorang putri cantik jelita, kulitnya putih halus sehingga bila ia minum membayang terlihat air yang melalui kerongkongannya. Kebiasaan putri ini adalah mandi sore bersama dayang-dayang pengasuhnya di hulu sungai Batang Sosa (di hulu aliran Sungai Barumun yang melalui kerajaan kecil ini). Kebiasaan putri ini rupanya diam-diam diamati oleh seorang pangeran dari sebuah kerajaan ghaib. Kerajaan ghaib ini mempunyai istana di puncak gunung di atas kerajaan putri tersebut yang secara kasat mata saat ini hanya berbentuk gua. Perkenalan putri Hasibuan dan Pangeran Kerajaan Ghaib ini dari hari ke hari membuat putri dan dayang-dayangnya sering hari sudah malam baru...
Komentar
Posting Komentar