PANTUN MELAYU PESISIR TIMUR



Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena digunakan pada situasi apapun.
Sebagaimana dikatakan bahwa :

“Dimana ada orang berkampung disana pantun bersambung. Di mana ada nikah kawin pantun di jalani. Di mana orang berunding di sana pantun bergandeng. Di mana orang bermufakat di sana pantun diangkat. Di mana ada adat di bahas di sana pantun di lepas”.

Ungkapan-ungkapan indah senantiasa dilantunkan menjelang, saat prosesi pernikahan, hingga pernikahan usai. Pantun pernikahan tidak hanya berkisar tentang prosesi pernikahan saja, melainkan juga tuah pengantin yang berisi nasehat menghadapi kehidupan yang akan datang. Sebelum membangun bahtera rumah tangga, orang tua Melayu senantiasa berpesan kepada anak-anak mereka agar memilih pasangan yang baik. Orang tua-tua Melayu memberi nasehat agar dalam memilih jodoh hendaknya tidak salah pilih dalam menentukan pasangan hidup, sebagaiman yang tersirat dalam pantun di bawah ini:


  1. Siti Wan kembang dari Kelantan nama masyhur zaman dahulu Baik-baik memilih intan Jangan terbeli kaca dan batu
  2. Pergi ke pantai menjala ikan dapat seekor ikan gelema baik-baik memilih intan jangan terpilih batu delima
  3. Pilih-pilih tempat mandi pertama teluk kedua pantai Pilih-pilih tempat menjadi pertama elok kedua pandai

Agar tidak salah memilih pasangan, maka prosesi pernikahan dalam adat Melayu selalu diawali dengan prosesi merisik. Setelah itu secara berturut-turut dilakukan prosesi meminang, prosesi persandingan serta prosesi pemberian nasehat kepada pasangan pengantin. Oleh sebab itu, sistematika pantun pernikahan Melayu diklasifikasikan ke dalam:

  1. Pantun untuk Merisik
  2. Pantun untuk Meminang
  3. Pantun dalam Prosesi Akad Nikah
  4. Pantun di Hari Persandingan
  5. Pantun di Malam Pertama
Pantun Merisik
Prosesi merisik lazimnya dilakukan dengan tertib dan sopan untuk menjaga dan memelihara nama baik kedua belah pihak. Adat merisik bertujuan untuk menentukan kedudukan si dara apakah sudah di pinang oleh orang lain ataukah belum. Selain itu, prosesi ini juga untuk mengetahui seluk-beluk keluarga si dar, dan yang paling
penting ialah untuk melihat si dara itu sendiri. Sebelum berkunjung ke rumah pihak keluarga si dara, orang tua dari pihak lelaki akan memilih beberapa orang saudara untuk menjadi wakil mereka. Di antara para wakil itu dipilih salah seorang yang cakap dan terampil dalam menyusun kata-kata, terutama kata-kata yang tersirat yang akan di ungkapkan saat menyatakan maksud kedatangan mereka.
Sesampainya di rumah si dara para wakil keluarga lelaki bercakap-cakap mengenai keadaan kehidupan, pekerjaan, maupun isu-isu terkini sembari menikmati jamuan yang dihidangkan dan dihantarkan sendiri oleh si dara. Pada saat si dara menghidangkan jamuan itulah para wakil dari pihak lelaki berkesempatan untuk melihat wajah si dara. Setelah itu, topik pembicaraan untuk merisik mulai diperdengarkan oleh juru cakap mereka. Pada tahap ini, pihak teruna menyatakan kehendak hati untuk “memetik bunga yang sedang menguntum” apabila si dara belum memiliki pasangan. Pantun merisik ini diawali oleh pihak keluarga teruna yang kemudian akan di balas oleh pihak keluarga dara yang menyatakan maksud kedatangan keluarga teruna.

  1. Sudah lama langsatnya condong Barulah kini batangnya rebah Sudah lama niat dikandung Baru sekarang diizinkan Allah
  2. Dari pauh singgah pematang Singgah merapat papan kemudi Dari jauh saya datang Karena tuan yang baik budi
  3. Kalau gugur buah setandan Sampai ke tanah baru tergolek Kami bersyukur kepada Tuhan kami datang disambut baik.
  4. Berapa tinggi pucuk pisang tiggi lagi asap api berapa tinggi Gunung Ledang tinggi lagi harapan hati
  5. Kabung enau tebang satu tebang sekali dengan sigainya Tinggi gunung tinggi lagi harapanku harapan dalam tutur katanya
  6. Besar api Teluk Gadung anak buaya menggonggong bangkai. Niat hati nak peluk gunung apakan daya tangan tak sampai
  7. Sudah lama langsatnya condong Dahanya rebah keampaian Sudah lama niat dikandung baru sekarang disampaikan.
Setelah pihak teruna selesai melantunkan pantun yang mengungkapkan maksud hati mereka, maka pihak dara akan membalas pantun sebagaimana berikut ini:

  1. Perahu kolek ke hilir tanjung sarat bermuat tali temali Salam tersusun sirih junjung Apa hajat sampai kemari?
  2. Malam-malam pasang pelita pelita dipasang atas peti kalau sudah bagai dikata sila terangkan hajat di hati
  3. Tidak pernah rotan merentang kayu cendana dijilat api Tidak pernah tuan bertandang tentu ada maksud di hati.
  4. Tumbuk lada di atas para Ada kasut simpan di hati Tepuk dada tanya selera apa maksud di dalam hati
Kemudian, pihak lelaki akan membalas pantun tersebut dengan lantunan pantun yang menyirat kehendak untuk “memetik bunga di taman”.

  1. Daun raya di atas bukit Tempat raja menanam pala Harap kami bukan sedikit Sebanyak rambut di atas kepala
  2. Sudah lama kami ke tasik tali perahu terap belaka Sudah lama kami merisik baru kini bertatap muka
  3. Tinggi-tinggi si matahari anak kerbau mati tertambat Sekian lama kami mencari baru sekarang kami mendapat
  4. Raja Hindu raja di Sailan Singgah berenang dipersiraman Bagai pungguk rindukan bulan kumbang merindu bunga di taman
  5. Cendrawasih burung yang sakti Singgah hinggap diatas karang. Kasih berputik di dalam hati Dari dahulu sampai sekarang
  6. Singgah berenang di persiraman Mayang terendam di dalam tasik Kumbang merindu bunga di taman Bintang merindu cendrawasih

Dalam adat melayu, pihak si dara biasanya tidak langsung menjawab apa yang menjadi kehendak pihak lelaki. Pihak ke luaraga si dara akan berunding terlebih dahulu untuk mempertimbangkan keputusan besar tersebut. Oleh sebab itu, sebelum wakil pihak lelaki pulang, pihak si dara akan menjanjikan jawaban yang akan diberikan
dalam beberapa hari setelah dilakukan perundingan keluarga. Hasil musyawarah keluarga si dara, baik setuju atau tidak, akan disampaikan kepada pihak teruna melalui seorang utusan.


Pantun untuk Meminang
Adat minang dilakukan oleh pihak akan teruna setelah mendapatkan jawaban dari pihak si dara. Setelah itu, kedua pihak akan bermusyawarah untuk mengadakan prosesi peminangan. Hal-hal yang dibicarakan berkisar tentang hari peminangan (pertunangan), jumlah hantaran belanja, hadiah-hadiah, serta hari perkawinan.
Pantun meminang di lantunkan dalam prosesi peminangan. Pantun ini berisi kehendakan hati sang teruna untuk meminang si dara, yang disampaikan dalam prosesi peminang oleh juru cakap mereka. Sebagaimana pantun untuk merisik, pantun yang di lantunkan dalam upacara meminang ini hanya mencakup pantun yang di lantunkan pantun yang menyirat hasrat kehendak hati teruna untuk meminang si dara.

  1. Hilir air sungai landai dalam pulak paras dada Bukan pula menunjukkan cerdik pandai karena hendak menyambut adat lembaga.
  2. Cantik memanjat pohon ara Nampaknya cantik berseri laman Besar hajat kami tidak terkira hendak memetik bunga di taman.
  3. Budak-budak memakai senglit Pergi ke kedai membeli timba Kalau tidak jalan berbelit Tadi-tadi saya dah tiba.
Pantun ini kemudian di balas oleh pihak si dara dengan menyambut kedatangan rombongan keluarga sang teruna seraya mempersilahkan mereka untuk masuk ke rumah.

Katang-katang berisi manik Manik berisi hampas padi Encik-encik datang silala naik Inilah air pembasuh kaki

Pihak sang teruna akan membalas pantun tersebut dengan mengungkapkan kebaikan hati pihak si dara yang menyambut baik kedatangan mereka.

Dari pauh ke pematang retak tengah papan kemudi Dari jauh kami datang Mendengar tuan yang baik hati.

Pihak si dara kemudian akan mempersilahkan duduk seraya berpantun :

Tatang puan tatang cerana Tatang biduk Seri Rama Datang tuan datanglah nyawa Jemput duduk bersama-sama.

Setelah itu, pantun berbalas akan dilantunkan hingga berakhir saat maksud dan Kehendak hati sang teruna sudah tersampaikan.

Pihak lelaki :

Cerita pinang ceriti Cerana di atas papan sirih kami Sirih berarti Sukat makna baharulah makan.

Pihak perempuan :

Saya tidak tahu berebana Selisih telunjuk berelakan Saya tak tahu akan makna Sirih diunjuk saya makan

Pihak laki-laki :

  1. Rumah besar atapnya besar Rumah Datuk Perdana Menteri. Kalau tidak hajat yang besar, kami tidak sampai datang kemari.
  2. Orang mengambil siput di lubuk Airnya dalam banyak lintah. Datang membaiki atap yang tembuk, hendak mengganti lantai yang patah.


Pihak perempuan :

Rimba dibakar menanam padi Makan berulam buahnya petai Jikalau sudah tulus dan sudi Berbantalkan bandul bertikarkan lantai



Pihak lelaki :

Dari paya turun ke lembah Petik pinang dipilih-pilih Saya sudah mohonkan sembah Adat meminang bertepak sirih

Pihak perempuan :

Teliti buah teliti Terletak mari di atas papan Tepak sirih sudah menanti Minta sudikan datuk makan

Pihak lelaki :

Orang meracik burung tekukur racik benang kait mengait Sudikan datuk sirih sekapur Pinangnya mabuk tembakaunya pahit


Pihak perempuan :

Pohon lemba di tepi bukit Pokok pepaya di tepi jalan Baik makan barang sedikit Supaya jangan kecewa badan


Pihak lelaki :

Orang mengaji daripada alif orang membilang daripada awal. Orang beranyut daripada hulu Orang memanjat dari pada pangkal


Pihak perempuan :

Dalam air sungai landai Habis hanyut sarang tempua. Bukan saya menunjukkan pandai, saya khabarkan orang tua-tua


Pihak lelaki :

Selilit pulau perca Selembang Tanah Melayu Sealam tanah Minangkabau Sebengkah tanah terbalik Sehelai akar yang putus Sejenang kuda berlari

Pihak perempuan :

Dah patah pokok kedondong Ditimpa pula pokok delima Titah datuk saya junjung Hukum yang baik saya terima


Pihak lelaki :

Orang menyungkur di Tanjung Jati, Kuala Pilah darat Melaka, Patah tumbuh hilang berganti pusaka berpindah kepada kita


Pihak perempuan :

Bersusun sirih gagang berkembang Beratur-atur berbunga tanjung Melintang duduk gunung Rembau Sebagai napuh di hujung tanjung


Pihak lelaki :

Asam kandis mari dihiris manis sekali rasa isinya, Dilihat manis dipandang manis Manis lagi hati budinya

Dalam upacara meminang, terdapat beberapa pantun khusus yang dilantunkan sesuai dengan konteksnya, misalnya :

  1. Pantun untuk Meminang Gadis yang tidak sepadan dalam status sosial ekonomi.
  2. Pantun untuk Menunjukan Kegigihan Supaya Mendapatkan Gadis yang Ingin Dipinang.
  3. Pantun untuk Menerima Pinangan.
  4. Pantun untuk Menolak Pinagan.
  5. Pantun untuk Menunjukkan kekecewaan Akibat Ditolak / Diputus Pinang.
  6. Pantun untuk Mencari Jodoh yang lain Akibat Ditolak / Diputus Pinang.
Pantun dalam Prosesi akad Nikah

Akad nikah merupakan kelanjutan dari prosesi diterimanya pinangan. Akad nikah akan terlaksana apabila pihak perempuan menerima pinangan. Dalam prosesi akad nikah, rangkaian pantun akan dilantunkan sesuai dengan tahapan yang dilalui dalam prosesi akad nikah.pantun dalam prosesi akad nikah meliputi: acara penyambutan, pemberian mahar, prosesi, hingga persandingan atau dipertmukanya pihak perempuan dengan pihak lelaki untuk di persandingkan di pelaminan. Dalam proses ini, pantun-pantun tertentu di perdengarkan sebagai tanda dimulainya prosesi sekaligus pembeda dari tahapan selanjutnya. Pantun di bawah ini mengandung makna bahwa prosesi awal akan dimulai dengan diserahkanya amanat prosesi akad
nikah dari pemimpin prosesi akad nikah (datuk sidang) kepada pengulu (datuk imam) :

Dikira sudah dihitung sudah, Tidak selisih semuanya tamam. Untuk menjalankan majlis
nikah Kami serahkan kepada Tok iman

Pantun dalam prosesi akad nikah ini di klasifikasikan kedalam :

  1. Pantun untuk memulai Prosesi Akad Nikah.
  2. Pantun ketika menyerahkan Mas Kawin (Mahar).
  3. Pantun untuk Menerima Mas Kawin(Mahar).
  4. Pantun Setelah Akad Nikah Selesai.
Pantun untuk Memulai Prosesi Akad Nikah
Pantun ini berisi ungkapan-ungkapan tanda dimulainya prosesi akad nikah. Pantun ini dilantunkan saat rombongan pihak lelaki tiba di kediaman keluarga perempuan. Pemimpin prosesi akad nikah (datuk siding) dari pihak perempuan akan memimpin acara dengan mula-mula menyambut barang hantaran dari pihak lelaki, dan mengucapkan selamat datang dengan menggunakan kata-kata yang sopan dalam ungkapan yang indah:

  1. Bukan lebah sebarang lebah, Lebah bersarang di atas atap. Bukan sembah sembarang sembah, Sembah saya nak bercakap.
  2. Bukan lebah sembarang lebah, Lebah bersarang di buku buluh. Bukan sembah sembarang sembah, Sembah berangkat jari sepuluh.
  3. Bukan lebah sembarang lebah, Lebah bersarang diatas tikar. Bukan sembah sembarang sembah, Sembah saya dari ujung sampai kepangkal.
  4. Bukan lebah sembarang lebah, Lebah bersarang di atas nangka. Bukan sembah sembarang sembah, Sembah saya ni nak membayar adat pesaka.
  5. Bukan lebah sembarang lebah, Lebah bersarang dipokok nangka. Bukan sembah sembarang sembah, Sembah untuk adat pesaka.
  6. Tanam buluh berumpun-rumpun . Tanam mari dalam lembah. Minta maaf serta ampun, Ampun saya mengangkat sembah.
  7. Tanam mari dalam lembah, Lembah bernama sawah bendang. Ampunkan saya mengangkat sembah, Sembah saya kepada Undang.
  8. Lembah bernama sawah bendang, Ulu badek keris pusaka. Sembah saya kepada undang, serta kepada datuk lembaga.
  9. Ulu badek keris pusaka, Pakaian anak raja marhum. Sembah kepada datuk lembaga, serta sampai kepada hukum.
  10. Pakaian anak raja marhum, Raja yang adil Raja Telapak. Sembah sampai kepada hukum, Sembah kepada ibu bapak.
  11. Raja yamg adil Raja Telapak, Raja semayam di atas takhta. Sembah kepada ibu bapak, Sembah semua segala yang ada.

Pantun Ketika Menyerahkan Mas Kawin
(Mahar)
Pantunini berisi tentang kehendak hati dari sang teruna yang bermaksud menyerahkan “tanda jadi” atau mas kawin (mahar) sebagai syarat dalam pelaksanaan akad nikah. Pantun ini dilantunkan sembari memberikan mahar yang dijanjikan dan disepakati dalam upacara adat naik belanja (prosesi meminang) sebelumnya.
Pemimpin sidang (ketua adat melayu) akan memeriksa mas kawin dan hadiah-hadiah dari pihak lelaki kepada pihak perempuan. Saat menyerahkan mahar dan hadiah-hadiah tersebut, pihak teruna akan melantunkan pantun berikut:
  1. Tanah muda tanah belukar baru, Semak jarang-jarang. Saya ibarat budak belum tahu, cakap sedikit lebih kurang.
  2. Terbang bulan dari seberang, Hinggap mari di tengah rumah. Makan kita sirih sekapur seorang, Sama kita mengunyah.
  3. Silih-menyilih jalan di pecan, Senduduk uratnya rata. Sirih sudahnya makan Nampaknya kita nak membuka kata.
  4. Terbang merantai di atas permatang,Terbang mari tiga muka. Yang dinanti sudah datang, kita cuba membuka kata.
  5. Terbang senyap jalan ke sumur, Kerakap di atas lantai. Mintak maaf Datuk semua, saya bercakap kurang pandai.
  6. Anak beruk terlompat-lompat, Lompat mari dalam keladi. Cakap buruk jangan diumpat, Cakap baik jangan di puji.
  7. Kedudukan lagi mengkudu, Uratnya ada jatuh ke lembah. Datuk tersela Datuk yang empat suku, Saya duduk menghulurkan sembah.
  8. Parit batu pagar pasak, Mata telinga peti bunyian. Petang menutup pagi membuka, Kalau jauh minta dengarkan.
  9. Senggugut batang petai, pisang rasa saya layarkan. Hari cukup bilangan sampai, hutang pusaka saya nak bayar.
Pantun untuk Menerima Mas Kawin (Mahar)
Pantun ini berisi ungkapan-ungkapan dalam menerima barang hantaran nikah (mas kawin atau mahar beserta hadiah-hadiah) yang dilantunkan oleh juru cakap dari pihak perempuan sebagai ungkapan tanda menerima dan menyetujui untuk dinikahi. Pantun menerima mas kawin dilantunkan pada saat pihak perempuan menerima mas kawin.

  1. Pokok mengkudu di atas bukit, uratnya tumbang kelembah. Saya mohon kepada datuk, kepada siapa nak disembah?
  2. Orang menggaji dari pada alif, berbilang dari pada esa. Ambil wazir dari pada Nabi S.A.W, ambil turutan pada nan tua.

Setelah itu, pengantin lelaki dipersilahkan duduk bersila menghadap penghulu (datuk imam). Sebelum prosesi
akad nikah berlangsung, terlabih dahulu dibaca khutbah nikah. Setelah bacaan khutbah nikah usai, maka penghulu bersalaman dan menggenggam erat tangan pengantin lelaki sembari mengakadnikahkannya.

Pantun Setelah Akad Nikah Selesai
Prosesi akad nikah diakhiri dengan bacan doa selamat ke atas pengantin, dan para undangan dipersilahkan untuk duduk disamping pengantin perempuan yang telah duduk di pelaminan. Pengantin perempuan bersalam dan mencium tangan suaminya(pengantin lelaki).
Setelah itu, pengantin laki laki menyematkan cincin emas atau memakaikan kalung emas di leher istrinya. Saat itulah, pantun berisi ungkapan indah mengahiri prosesi akad nikah dilantunkan.
Pantun setelah akad nikah dilantunkan oleh juru cakap baik dari pihak perempuan maupun dari pihak lelaki. Oleh sebab itu, pantun setelah akad nikah ini merupakan pantun berbalas seperti di bawah ini :

Pihak lelaki:

  1. Sirih sekapur menggiring nota, Menyampaikan berita dari orang semenda. Nan duduk menyembah ke ibu bapak, Yang baru saja diterima pulak.
  2. Gurindam adat selesailah sudah, Sembah semenda dari empat menda. Mana tak betul silap tak salah, Maaf sajalah saya yang pinta.
  3. Gurindam kami agaknya panjang, Janganlah bosan wahai saudara. Mana tak betul silap tak salah Maklumlah kita manusia biasa.
  4. Makan sirih berpinang tidak, Pinang datang dari Melaka. Makan sirih mengenyangkan tidak, Togehkan anak menyeberangkan kata pusaka.
Pihak perempuan :
  1. Makan sirih berpinang tidak tidak, Pinang terselit dalam selopa, kalo mengenyangkan tidak, teguh di adat dan pusaka.
  2. Hangau kecil panjang pelopah, Tak beraduh tolong anduhkan. Baru ini saja menghelakan sembah, salah sikit saya minta maafkan.
Pantun Dihari Persandingan
Hari persandingan merupakan acara terbesar dan puncak dari keseluruhan prossi pernikahan. Mengingat hari
persandingan merupakan puncak upacara terbesar, maka biasanya waktu perhelatannya akan berselang beberapa hari atau beberapa minggu setelsh akad nikah.Penentuan hari persandingan tersebut berdasarkan kespakatan kesepakatan dari kedua belahpihak. Ketika hari persandingan tiba, mula mula wakil dari keluarga pengantin perempuan akan menjemput pengantin lelaki untuk datang erumahnya. Layaknya raja, Pengantin lelaki akan diarak dengan didampingi seorang pengapit berpakaian melayu dan bersongkok yang bertugas mengapit dan memayungi pengantin lelaki sepanjang perjalanan ke rumah mempelai perempuan. Tidak ketinggalan, dua kanak kanak turut mendampingin pengantin lelaki sambil membawa bunga manggar. Arak-arakan ini akan diiringin oleh tabuhan rebana (Abu Bakar dan Husin,2004). Saat tiba didepan rumah mempelai perempuan, pantun pantun khusus untuk hari persandingan dilantunkan. Pantun dihari persandingan ini diantaranya berisi tentang prosesi penyambutan pengantin untuk dipersandingkan di atas pelaminan. Saat itu, pemimpin acara (datuk siding) akan mempoerkenalkan kedua mempelai kepada para undangan dengan memberi puji pujian kepada kedua pasangan .Setelah itu, dilanjutkan prosesi berikutnya berupa khutbah pemberian tuah pengantin yang berisi nasehat dan pesan pesan kepada pengantin agar bijaksana dalam mengarungi kehidupan rumah tangga yang terjal.

Pantun dihari persandingan ini memuat :

  1. Pantun untuk menyambut pengantin.
  2. Pantun untuk memuji pengantin.
  3. Pantun tuah pengantin.
Pantun untuk Menyambut Pengantin
Pantun penyambutan pengantin berisi ungkapan selamat datang kepada pengantin lelaki untuk dipersandingkan dengan pengatin perempuan di atas pelaminan. Dua orang wakil dari pihak pengantin perempuan akan menaburkan air mawar dan beras kunyit sembari mempersilahkan kaum wanita yang mengikuti rombongan itu untuk naik ke rumah. Sementara itu, pengantin lelaki lelaki dipersilahkan duduk di kursi untuk menyaksikan hiburan yang biasa berupa itu, pengantin lelaki lelaki dipersilahkan duduk di kursi untuk menyaksikan hiburan yang biasa berupa pertunjukan silat yang dipersembahkan oleh beberapa penduduk kampung sebagai penghormatan bagi pengantin lelaki yang menjadi raja sehari (Abu Bakar Hussin,
2004). Pantun penyambut pengantin ini diungkapkan dengan diiringi lantunan pantun lain berisi ajakan kepada para undangan untuk mencicipi jamuan makanan yang dihidangkan.
Dalam prosesi ini, pihak perempuan dan pihak lelaki saling berbalasa pantun yang diawali oleh pihak perempuan sebagai tuan rumah:
  1. Batu kecubung warna ungu, ditatah berlian batu bermutu. Adat Melayu menyambut tetamu, Hamparkan tikar lebarkan pintu.
  2. Orang ke laut menjala udang, Petang hari pasang pelita.Y ang ditunggu sudahpun datang yang dinanti sudah pun tiba.
  3. Pisang sarenda masak hijau, Nanti layu tak layu.Tinggi rendah sama meninjau, Nanti lalu tak lalu.
Pihak lelaki akan membalas pantun yang mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya sudah tiba sejak tadi seandainya tidak ada aral melintang.

Kain putih panjang sebelit, Mari dibuat tali timba. Kalau tidak jalan berbelit, Pagi tadi kami sudah tiba.

Oleh pihak perempuan, pantun diatas dibalas dengan ungkapan hormat sebagai tanda penghormatan sambil mempersilahkan rombongan pihak lelaki untuk duduk dan menikmati jamuan yang telah dihidangkan.
  1. Bukan letak sebarang letak, Letak datuk ditikar salai. Letak meminta ditikar minta, Menyembah datuk di hujung balai.
  2. Singapura negerinya elok, Tengahnya rumah kelilingnya pekan. Sudah adat lembaga Datuk, Nasi yang terhidang ini saya sembahkan.
  3. Ayam hutan terbang ke bukit, Turun ke tanah makan dedak. Nasinya hitam lauknya sedikit, Entah bertambah atau tidak.
  4. Dibeli kacang di kelai Cina, Dimasak orang dalam belanga. Cubalah rasa tuan semua, Kalau kurang garam garam boleh bertanya.
  5. Entahlah sawi entahlah lobak, Dimakan orang didalam belanga sompak. Dibubuhnya kuah tidak beragak, Hati pulak rasa kopak.
  6. Lebah tidak bersarang lagi, Habis pulang ke Gunung Ledang. Sembah tidak dipanjang lagi, Hidangan sudah terhampar.
  7. Anak puyuh berlari lari, Lari kelalang habis terbakar. Ambillah air basuhlah hujung jari, Hidangan kita sudah terhampar.
  8. Saya tidak memanjangkalam, Hendak ditulis patah sudah kalam. Hendak dibaca surat sudah kelam, Wabillahi wassalam.
  9. Ambil wazan pada Nabi, Ambil turusan pada yang tua. Kok sampai harinya, nanti Nak kenduri jualah.
  10. Lancang angin kencang diatas, Nak menitis tali kecapi. Jongnya lilin layarnya kertas, Nak berlayar lautan api.
  11. Rama rama sikumbang jati, Patah helah tumbuh berkuda.P atah tumbuh hilang berganti, Adat pusaka begitu juga. Terimalah.
Pantun untuk Memuji Pengantin

Pantun ini berisi puji pujian kepada mempelai yang sedang duduk bersuka-cita di atas pelaminan.Di hari persandingan, pantun puji-pujian ini senantiasa dilantunkan dalam rangka memperkenalkan kedua mempelai kepada para tamu undangan.Lantunan pantun ini menggambarkan betapa serasinya sang mempelai berdua, bagaikan ratu dan raja yang duduk di singgasana.
  1. Burung jelatik burung gelandang, mencari sarang burung tempua. Sama cantik sama padan, Seperti pinang di belah dua.
  2. Kain batik selendang batik, Mari sebar ke atas pentas. Adik cantik abang pun cantik, Bagai dakwat dengan kertas.
  3. Padang temu padang baiduri, Tempat raja membangun kota. Bijak bertemu dengan jauhari, Bagai cincin dengan rermata.
  4. Kain batik baju batik, Batik datang dari Jawa. Adik cantik pun abang cantik, agai pinang dibelah dua.
  5. Sama cantik sama padan, Sama tampan sama jelita. Sama muda sama baya, Ibarat pinang dibelah dua.
  6. Bagai Adam dengan Hawa, Bagai Uda dan Dara. Bagai Rama dan Sinta, Bagai Laila denganMajnunnya.
  7. Malam larut pasang tanglun, Supaya mudah orang berjaga. Ikan di laut asam di gunung, Dalam kuali bertemu juga.
  8. Anak raja masuk ke taman, Taman larangan Betara Indra. Arif bertemu dengan Budiman, Terlebih indah laut mutiara.
  9. Pokok nanas di kuala Daik, Mari di petik anak Melayu. Tuan umpama teras yang baik, Makin ditunu makin berbau.
Pantun Tuah Pengantin
Pantun tuah pengantin berisi nasehat dan pesan untuk mengarungi kehidupan berumah tangga yang penuh liku-liku. Pantun ini di lantunkan dalam satu rangkaian prosesi di hari persidangan, bersempena dengan khutbah atau ceramah yang di sampaikan oleh pemuka agama saat memberikan pesan-pesan dan nasehat. Pantun tuah pengganti ini memuat pesan-pesan bijak dan nasehat-nasehat yang baik, di antaranya ialah : pantun tuah pengantin agar menjalani hidup dengan bijaksana, pantun tuah pengantin agar saling berkasih sayang ,pantun tuah pengantin agar hidup saling setia, dan pantun tuah pengantin untuk tidak berpoligami.
  1. Pantun Tuah Pengantin agar Menjalani Hidup dengan Bijaksana.
  2. Pantun Tuah Pengantin agar Saling Berkasih-sayang.
  3. Pantun Tuah Pengantin agar Hidup Saling Setia.
  4. Pantun Tuah Pengantin agar untuk Tidak Berpoligami.

Pantun Tuah Pengantin agar Menjalani Hidup dengan Bijaksana
Pantun ini berbicara seputar filosofi kehidupan berumah tangga. Dalam berumah tangga, hendaknya suami-istri saling mengabdi, saling berbagi,saling menghormati dan menghargai, senasib sepenanggungan, dan duduk bermufakat bila terjadi silang pendapat. Pendek kata, pantun ini memberi “ tuah” (filosofi hidup) atau kebijaksanaan bagi mempelai berdua dalam mengarungi kehidupan bersama yang sering kali penuh onak dan duri di dalam kehidupan yang terjal dan penuh liku.
  1. Orang bentan membuat sawah, Dipagar dengan pandan berduri. Tuan nasib sangat bertuah, pelanduk datang menyerah diri.
  2. Layang-layang terbang ke Aceh, Terbang ke perdu makan padi. Seorang sayang seorang kasih, Bagai hempedu lekat di hati.
  3. Dari Johor Ke Majapahit, Nampak bertentangan pulau Pandan. Sudah mansyur nama yang baik , Tambah pula bertuah badan.
  4. Bila sampai ke laut gading, Belokkan perahu mencari selat. Bila bertikai dalam berunding, Eloklah balik kepada adat.
  5. Ikan sepat lemak rasanya, Lebih lemak dari gelama. Pisang sesikat digulai sebelanga, Tanda mufakat bersama-sama.
  6. Kalau berlaku salah sengketa, suami isteri bantah membantah. Duduk berunding lapangkan dada, Tenangkan hati panjangkan kira-kira.
  7. Pucuk putat warnanya merah, Bila dikirai terbang melayang. Duduk mufakat mengandung tuah, sengketa usai dendam pun usai.
  8. Kelapa gadingbuahnya banyak, Lebat berjuai di pangkal pelepah. Bila berunding sesama bijak, Kusut selesai sengketa pun sudah.
  9. Kalau ke teluk pergi memukat, Tali temali kita kokohkan. Kalau duduk mencari mufakat, Iri dan dengki kita jauhkan.
  10. Besarlah buah kelapa gading, Dikerat tandan beri bertali. Besarlah tuah duduk berunding, Mufakat dapat kerja menjadi.
  11. Orang Cina menjual daging, Daging dijual berpikul pikul. Kalau ringan sama dijinjing, Kalau berat sama dipikul.
  12. Laut pasang air melimpah, Rumah dipantai tiangnya basah. Hati gajah sama dilapah, Hati kuman sama dicecah.
  13. Burung serindit sama bernyanyi, Sambil hinggap didahan tua.B ila dicubit paha kiri, Paha kanan terasa jua.
  14. Orang Jawa pergi ke Banda, Membeli ikan dengan rebung.Orang tua beristri muda, Bagai rasa menang menyabung.
  15. Naik kebukit membeli lada, Lada sebiji dibelah tujuh. Apa sakit beristri janda, Anak tiri boleh disuruh.
  16. Elok jalannya kota tua, Kiri kanan berbatang sepat. Elok beristri lebih tua, Perut kenyang pengalaman dapat.
  17. Elok rupa pohon belimbing, Tumbuh dekat limau lungga. Elok beristri perempuan sumbing, Walau marah tertawa jua.
Pantun Tuah Pengantin agar Saling Berkasih-sayang.
Pantun ini berisi nasehgat agar kedua mempelai saling menyayangi sehingga terhindar dari konflik suami isteri yang dapat memicu perceraian.Dalam adapt dan tradisi Melayu, upaya menumbuhkkan rasa kasih saying dimulai sejak dini, dan dilakukan dalam lingkungan keluarga sehingga terwujud rumah tangga yang sejahtera. Para tetua mengatakan apabila kehidupan rumah tangga, bermasyarakat dan berbangsa tidak dilandasi oleh rasa saling mengasihi,menghargai dan menghormati, maka lambat laun masyarakat itu akan rusak dan menemui kehancurannya. Dalam ungkapan lain disebutkan :

“kalau hidup berkasih sayang,negeri damai, hidup pun tenang”atau “karena kasih, lenyap selisih”.

Pantun tuah pengantin agar saling berkasih saying diantara suami istri ini ialah:
  1. Kalau kuncup sudah mengembang, Banyaklah kumbang datang menyeri. Kalau hidup berkasih sayang, Hidup tenang makmurlah negeri.
  2. Kalau kuncup sudah mengembang, Baunya harum kelopak merekah. Kalau hidup berkasih sayang, Hidup berkaum beroleh berkah.
  3. Elok mencelup kain selendang, Warnanya indah beragi-ragi. Eloklah hidup berkasih sayang, Tuahnya merata di seluruh negeri.
  4. Berbuah kayu di tengah padang, Daunnya rimbun tempat berteduh. Bertuah Melayu berkasih sayang, Hidup rukun sengketa menjauh.
  5. Berbuah kayu daunnya rindang, Tempat berteduh rusa dan kijang. Bertuah Melayu berkasih sayang, Sengketa jauh hiduppun tenang.
  6. Banyaklah buah perkara buah, Buah mengkudu lekat dibatang. Banyaklah tuah perkara tuah, Tuah Melayu berkasih sayang.
  7. Tegak selasih berurat tunggang, Bijinya kembang dibuat obat. Banyaklah kasih disebut orang, Berkasih sayang membawa rahmat.
Pantun Tuah Pengantin agar Hidup Saling Setia
Pantun ini berbicara tentang janji hidup setia,seia, dan sekata merupakan nasehat agar pasangan pengantin saling menjaga diri.Pantun ini dilantunkan baik oleh mempelai laki laki maupun mempelai perempuan dalam mengungkapkan janji setia mereka, dan usaha agar menahan maupun menolak godaan orang ketiga yang biasanya menjadi sumber pemicu konflik di dalam rumah tangga.

  1. Diatas kota pokok jati, Sayang jati tiada berbunga.Tuan seorang mahkota hati, Hidup mati kita bersama.
  2. Gajah langgar kuda beraksa, Mayang di mana dihempaskan. Sama lebur sama binasa, Tuan takkan saya lepaskan.
  3. Air serbat dalam cangkir, Sampai di Jawa dicurahkan.J anji diikat takkan dimangkir, Badan dan nyawa diserahkan.
  4. Tinggi bukit Gunung Senanti, Tempat beruk berulang siang.Teguh –teguh berpegang janji, Bagai rusuk dengan tiang.
  5. Tekukur digulai lemak, Batang padi dibelah dua. Biarlah adinda dimarahi emak, Asal dapat bersama kanda.
  6. Terang bulan bercahaya, Anak gagak memakan padi. Kalau adinda tidak percaya, Belah dada lihatlah isi.
  7. Burung merpati terbang seribu, Hinggap seekor di atas dahan. Hendak mati di ujung kuku, Hendak berkubur di tapak tangan.
  8. Burung punai terbang sekawan, Kena seekor ditembak tinggi. Kita umpama kapan di badan, Sama hancur tidak berganti.
  9. Mayung ibul mayung ilam, Ketiga dengan mayung sebatu. Sama timbul sama tenggelam, Bagai sauh bergantung batu.
  10. Batang pulai di dalam hutan, Batang rumbia dikerat-kerat. Kasih terlanjur padamu puan, Dari dunia sampai akherat.
  11. Rejang ini rejang halipan, Halipan beranak dalam padi. Tuan laksana kain kafan, Buruk tidak dapat diganti.
  12. Buah berangan dari palembang, Dijual dengan buah keranji. Jangan tuan berhati bimbang, Saya tidak mungkir janji.
  13. Buah jering di ataspara, Diambil budak sambil berlari. Kalau kering Selat Malaka, Barulah saya mungkir janji.
  14. Buah berangan dari palembang, Dijual budak dalam kota. Jangan cik puan berhati bimbang, Kanda tidak berubah kata.
  15. Lancang baginda baru di dandan, Bunga selasih kulurut juga. Biar kakanda roboh di medan, Hati yang kasih kuturut juga.
  16. Bulan terang labi bermain, Anak muda jalan bersuluh. Kita laksana baju dan kain, Takkan renggang dari tubuh.
  17. Angkut-angkut terbang ke langit, Mati di sambar anak merbah. Biar bertangkup bumi dan langit, Kasih sayang takkan berubah.
  18. Anak belida memakan kaji, Pandan di Jawa di ranggungkan. Jika kakanda mungkir janji, Badan dan nyawa menanggungkan.
  19. Anak kuda di papan rata, Ambil kikir dengan gergaji. Jikalau sudah saya berkata, Tidaklah saya mungkir janji.
Pantun Tuah Pengantin Untuk Tidak Berpoligami
Pantun ini dilantunkan guna memberi nasehat dan pesan kepada pengantin lelaki agar tidak melakukan poligami. Pantun ini berisi tentang resiko-resiko yang dapat terjadi bilamana lelaki melakukan poligami, Misalnya dapat menimbulkan resiko hancurnya mahligai perkawinan yang telah di bina, Sebagaimana di kiaskan dalam ungkapan pantun di bawah ini:
  1. Main wayang dua panggung, Cuba tilik hikayat Jawa. Bagaimana saya nak tanggung, Satu gajah dua gembala.
  2. Duduk berbual di remang senja, Angin taufan bertiup kencang. Kalau kapal dua nahkoda, Alamat karam dipukul gelombang.
  3. Merambat sasar ke hulu, Pokok durian lebat bunganya. Baik-baik sesal dahulu , Sesal kemudian apa gunanya.
Pantun Di Malam Pertama
Pantun ini berisi tentang ungkapan-ungkapan cinta kasih yang di nyatakan oleh pengantin lelaki dan perempuan yang sudah resmi menjadi suami-istri.Pantun ini memuat bujuk rayu dan ungkapan mesra di antara mereka berdua usai prosesi persandingan yang penuh penat. Menurut Abu Bakar dan Hussin (2004), Orang tua pengantin perempuan atau wakil nya akan menyerah kan anak mereka (pengantin perempuan) kepada menantunya (pengantin lelaki), Misalnya pada hari Kamis siang. Dengan demikian, Pada malam Jum'at, Sang istri akan tidur dan bermesra dengan suaminya di kamar pengantin. Pada malam itu, Diletakan tepak sirih di kamar pengantin sebagai lambang yang memuat makna keperawanan pengantin perempuan. Kesucian diri pengantin perempuan di buktikan oleh dara keperawanannya di malam pertama itu.
Esok paginya, Pengantin lelaki mempersembahkan tepak sirih kepada mertuanya sebagai perlambang bahwa istrinya masih perawan saat malam pertama itu. Dimalam pertama,B ujuk rayu dan ungkapan mesra senantiasa dilantunkan dalam ungkapan pantun yang mengiringi malam penuh gairah dan kemesraan.

Pantun-pantun tersebut diantaranya ialah:
  1. Nyiur gading puncak mahligai, Hancur daging tulang berkecai. Belum dapat belum berhenti, hendak bersama denganmu puan.
  2. Masak ketupat berisi inti, Buah delima di dalam cawan. Belum dapat belum berhenti. Hendak bersama denganmu puan.
  3. Kelah seekor digulai lemak, Daun selasih di bawah batang. Tanah berlumpur jalannya semak, karena kasih saya datang.
  4. Limau manis dimakan manis, Manis sekali rasa isinya. Dilihat manis dipandang manis, Manis sekali hati budinya.
  5. Makan manggis dengan bijinya, daun miana di atas loyang. Karena manis hati budinya, Bagaimana hati tidakkan sayang.
  6. Awan bergerak datang menerpa, Nampak bintang beribu keti. Biar tidak cantik sifat dan rupa, Asalkan pandai mengambil hati.
  7. Anak beruk di tepi pantai, Masuk ke bendang memakan padi. Biarlah buruk kain di pakai, Asalkan pandai mengambil hati.
  8. Selikur hari renjang hantu, Hantu bergulung duduk bersila. Tuan emas sepuluh mutu, Makin kupandang makin gila.
  9. Gelama ikan di karang, Kail mari anak Serani. Makin lama makin sayang, Bagai air pasang perbani.
  10. Buah pinang dalam kubu, Hendak menghambat rusa sekawan. Mari adinda kita bertemu, Hendak bergurau denganmu tuan.
  11. Anjing Belanda di dalam kubu, Hendak menghambat rusa sekawan. Mari adinda kita bertemu, Hendak bergurau denganmu tuan.
  12. Arak-arak kelapa puan, Tidak puan kelapa bali. Harap-harap kepada tuan, Tidak tuan siapa lagi.
  13. Kalau ada kuda di Aceh, buah pauh di pohon putat. Kalau sungguh adinda kasih, rumah yang jauh kurasa dekat.
  14. Dari Rembang ke Banyuwangi, Pakai baju sutera Kerawang. Tuan kembang asalnya wangi, Sampai layu tidak kubuang.
  15. Anak kijang di dalam hutan, Mati dimakan serigala. Bila terpandang wajahmu puan, Hancur hati bagai nak gila
  16. Ular naga Cintamani, Mari ditoreh tujuh culanya. Tuan laksana serbat dani, Tujuh tahun rasa manisnya.
  17. Kelapa muda jatuh di lumpur, Pohon serentang di pinggir kali. Terlupa tuan semasa tidur, bila terjaga ingat kembali.
  18. Dari mana punai melayang, Dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya sayang, Dari mata turun ke hati.
  19. Harimau putih di satu simpang, Mati dipanah Raja Roka. Putih kuning kekasih abang, Hati mana yang tak suka.
  20. Apa guna pasang pelita, kalau tidak dengan sumbunya. Apa guna bermain cinta. Kalau tidak dengan sungguhnya.
  21. Kain cindai dilipat-lipat, lipat mari tepi perigi. Sungguh pandai dinda memikat, Sanggup kanda menyerah diri.
  22. Bunga tanjung kembang tak jadi, Jatuh berserak di rumpun buluh. Hancur hati karena budi, Di dalam air badan berpeluh.
  23. Kalau roboh kota Melaka, Papan di Jawa saya dirikan. Kalau sanggup bagai di kata, Badan dan nyawa saya serahkan.
  24. Kapal berlayar tiga negeri, Jumpa di laut naga berjuang. Baik-baik fikirkan diri, Mandi berdua basah seorang.

Rhyme is a traditional literary genre of the most dynamic, because it is used in any situation. As it is said that:

  1. "Where there are people there dwelt poem continued. Where there is marriage poem marriage on live. Where persons holding talks there rhyme. Where people agree there rhyme appointed. Where is customary in discussing there rhyme off ".
  2. Beautiful phrases ever sung before, during wedding procession, until the marriage ended. Wedding poem not only revolve around the wedding procession, but also contains advice that Bridal dagger facing the life to come. Before you build the ark home, Malay parents always told to their children to choose a good partner. Malay elders give advice for choosing a mate should not be the wrong choice in determining the spouse, sebagaiman implied in the poem below:


    1. Siti Wan flowers from Kelantan famous name anciently Fine choose diamond Do not be bought glass and stone
    2. Going to the beach by doing all the fish to a fish gelema well choose not to elect diamond ruby
    3. Select the first bath-select the second gulf coast, Choose the first place be both smart elegant


    In order not one chose a partner, then in the traditional Malay wedding procession always starts with a procession merisik. After that successively carried woo procession, procession and the procession persandingan giving advice to the bridal couple. Therefore, systematic Malay wedding poem classified into:

    1. Pantun to Merisik
    2. Pantun to woo
    3. Rhyme in the Covenant of Marriage Procession
    4. Pantun Persandingan Day
    5. Pantun at First Night

    Pantun Merisik
    Procession merisik typically done with an orderly and polite to keep and maintain the good name of both parties. Indigenous merisik aims to determine the position of the Virgin is already in the nut by others or not. In addition, the procession is also to know the ins and outs of the family of the dar, and the most
    important is to see the pigeon itself. Before visiting the family home of the virgin, the parents of the man would choose men sisters to be their representative. Among the representatives was selected one of a capable and skilled in setting the words, especially words that implied that would be disclosed when stating the purpose of their arrival.
    Arriving at the house of the virgin male family representatives to talk about the state of life, employment, and current issues while enjoying meals served and delivered solely by the virgin. At the time of the virgin's feast brought together representatives from the men a chance to see the face of the virgin. After that, subject to merisik starting competent interpreter is played by them. At this stage, the youth expressed will of the heart to "pick flowers that are menguntum" if the pigeon does not have a partner. Merisik poem begins with a family party in the cadet who will then reply by the family stating intentions virgin cadet family.

    1. It has long been langsatnya leaning trunk was not until now been a long fall down the intention of God was conceived only now allowed
    2. From Pauh layover steering board docked bund Shelter From a distance I have come because the good lord budi
    3. If a bunch of fruit fall to the ground Until the new lay We thank the Lord we came welcomed.
    4. How high is the top banana tiggi again how high the smoke of Mount Ledang higher liver hope
    5. Enau cutting one slice cut once with the High sigainya high mountain again said he hopes the expectations in
    6. Great Bay fire Gadung child barking crocodile carcass. Liver intention nak hug the mountain to do with the hand not
    7. It has long been inclined Dahanya langsatnya keampaian been a long fall down just now delivered conceived intentions.

    After the party finished chanting rhyme stripling who express intention of their hearts, then the pigeon will reply to rhyme as follows:

    1. Boat laden dinghy into the downstream promontory Greetings bermuat ropes composed of betel stand for what intent get here?
    2. Night-night pairs of lamps lamps mounted on the crate when it's like say please explain the intent of the liver
    3. Never stretch rattan sandalwood fire licked Never hosts visit of course no intention in the liver.
    4. Pound pepper on top of the shoe store in the heart There's Tap chest tastes asked what was meant in the liver

    Then, the man will reply with a rebound rhyme poem that implies the will to "pick flowers in the garden."

    1. Leaves highway on the hill Where the king to plant nutmeg Please we are not a little total of hair on his head
    2. It has long been our boat into the sea rope merely been a long time arranging our new merisik now face to face
    3. The sun's high child death buffalo tied a long time now we find we get a new
    4. King of Hindu kings in Ceylon Shelter swim dipersiraman How pungguk miss miss moon flowers in the garden beetle
    5. Shelter powerful bird of paradise perched above the reef. Pistillate love in my heart From the first until now
    6. Stopped swimming in persiraman Mayang submerged in the sea of flowers in the garden beetle miss star miss paradise


    In the Malay custom, the virgin party usually does not directly answer what the will of the man. Parties to the virgin luaraga will negotiate in advance to consider the big decision. Therefore, before representatives of the men came home, party of the virgins will be promising answer will be given
    within a few days after the family negotiations. The result of deliberations of the pigeon family, whether you agree or not, will be presented to the cadet through a messenger.


    Pantun to woo
    Adat Minang conducted by the cadet will get the answer from the party after the virgin. After that, both parties will be consulted to hold a procession proposal. The things talked about today about making a proposal (the engagement), the number of delivery shopping, gifts, and wedding day.
    Recite rhymes woo in the procession proposal. This poem contains kehendakan the heart of the cadet to woo the virgin, which is conveyed in a procession of suitors by their competent interpreter. As for merisik rhymes, recite poem at the ceremony which was proposed to cover only recite poem in rhyme which implies the will of the heart's desire to woo the virgin youth.

    1. Downstream river water ramps in paras pulak Nor chest showed that they might welcome scholars customary institutions.
    2. Beautiful climbing fig tree seems pretty glowing pages of intent we do not measure about picking flowers in the garden.
    3. The slaves wore senglit Go to the store to buy bucket If no path was circuitous Last-dah I arrived.

    This poem later in the reply by the virgin with a family party to welcome the youth while allowing them to enter the house.

    Katang katang containing beads Bead-containing rice hampas Encik-Encik ride Here comes silala foot washer water

    Parties to the cadet will reply to rhyme it with kindness reveal the virgin party who welcomed their arrival.

    From Pauh to crack the middle ridge steering board Hear From a distance we have come a benevolent master.

    Parties to the virgin and will allow to sit while berpantun:

    Tatang ladies Tatang Cerana Tatang Plow Series Coming lord Rama came to life Pick up sitting together.

    After that, the poem will reverberate chanted until the end when the purpose and the Will of the heart of the stripling already delivered.

    Party man:

    Stories ceriti Cerana nut on a board we betel Betel mean measures of meaning baharulah eat.

    Party girls:

    I do not know the difference index berebana berelakan I do not know the meaning of my eating betel diunjuk

    Parties of men:

    1. Big house big house roof Prime Minister Datuk. If the intent is not that big, we are unable to come here.
    2. People take a slug in the depths of water in many leeches. Coming tembuk roof repair, are replacing a broken floor.



    Party girls:

    Jungle burned rice Eat fruit berulam petai is sincere and willing If pendulum bertikarkan pillowed floor



    Party man:

    From the marsh down to the valley quotation selected areca-select I already ask for betel bertepak woo Traditional worship

    Party girls:

    Carefully let the fruit carefully Situated on the board is waiting for betel slap Ask sudikan progenitor eat

    Party man:

    The person dispensing racik cuckoo bird yarn crochet hooks Sudikan progenitor betel tobacco bitter drunk Pinangnya Prologue


    Party girls:

    Similar non tree at the edge of the hill on the roadside Main papaya Both ate a little disappointed Lest body


    Party man:

    People mengaji than alif people than the initial count. People beranyut than upstream People climb from the base


    Party girls:

    In a gentle stream of water washed away the nest tempua Out. Not my show clever, I preached to the elders


    Party man:

    Land Selembang Selilit rag island Malay Minangkabau land Sealam Sebengkah A single inverted ground roots that horse ran off Sejenang

    Party girls:

    Dah principal kedondong broken pomegranate also overwritten my grandfather cherished precepts of good law I received


    Party man:

    People fall down in the Tanjung Jati, Kuala Melaka Sort the land, grow lost Patah changing move to our heritage


    Party girls:

    Stackable growing betel handle disorderly arrange mountain flower cape Melintang sit Rembau As napuh the promontory tip


    Party man:

    Acid kandis let dihiris sweet taste of its content, viewed sweet sweet sweet again considered the heart budinya

    In the proposed ceremony, there are some special poem that was sung in accordance with the context, for example:

    1. Poem to woo girl who is not commensurate in socioeconomic status.
    2. Showing Persistence Pantun for Girl Who Wants To Get dipinang.
    3. Pantun to Receive Pinangan.
    4. Pantun to Reject Pinagan.
    5. Pantun to Indicate disappointment Due Declined / Disconnect Pinang.
    6. Finding rhymes for another love match result Rejected / Disconnect Pinang.

    Pantun in agreement Marriage Procession

    Marriage contract is a continuation of the procession of receipt of proposal. The ceremony will happen if the women accept the proposal. In the procession of the ceremony, a series of poetry will be sung in accordance with the stages through which the procession nikah.pantun covenant marriage ceremony in a procession includes: a welcome event, giving dowry, procession, until persandingan or dipertmukanya the woman with the man for the persandingkan in the aisle. In this process, certain rhyme-rhyme in the commencement procession perdengarkan as well as distinguishing marks of the next stage. Pantun below implies that the initial procession will begin with a procession diserahkanya mandate contract
    marriage ceremony procession of leaders (progenitor trial) to pengulu (progenitor priest):

    Thought had been counted already, no difference in all Tamam. To run the Majlis
    We leave it to Tok marriage faith

    Rhyme in this ceremony procession were classified into:

    1. Celtic to start the procession of the Covenant of Marriage.
    2. Pantun when submitting Mas Kawin (Mahar).
    3. Pantun to Receive Diamond Wedding (Mahar).
    4. Pantun After the Covenant of Marriage Done.

    Pantun to Start a Covenant of Marriage Procession
    This poem contains phrases ceremony marks the start of the procession. This poem was sung at his party entourage arrived at the residence of a family of women. The leader of the marriage contract (progenitor siding) of the women will lead the event by first welcomed the delivery of goods from the man, and welcome to use polite words in a beautiful phrase:

    1. Not the bees any bees, bee nest in the roof. Not just any worship, worship, Worship my son talk.
    2. Not just any bee bee, bees nest in reeds book. Not just any worship, worship, Worship depart ten fingers.
    3. Not just any bee bee, bee nest above the mat. Not just any worship, worship, Worship me from tip to kepangkal.
    4. Not just any bee bee, bee nest above the jackfruit. Not just any worship, worship, Worship me ni nak pay customary pesaka.
    5. Not just any bee bee, bee nesting dipokok jackfruit. Not just any worship, worship, Worship for custom pesaka.
    6. Planting berumpun reed-clump. Planted let in the valley. Ask for forgiveness and mercy, mercy me lift worship.
    7. Planted let in the valley, the Valley named field plot. Forgiven me lift worship, Worship me to the Act.
    8. Valley named field plot, Ulu guess keris. My obeisance to the law, as well as the progenitor institutions.
    9. Ulu guess keris, Clothing marhum boy king. Obeisance to the progenitor of institutions, as well as to the law.
    10. Clothing marhum king's son, King of the just king palms. Obeisance to the law, Worship the father and mother.
    11. King yamg fair King Palm, King semayam on the throne. Obeisance to the mother's father, Worship all all that exists.


    Pantun When Submitting Mas Kawin (Mahar)
    Pantunini contains the will of the heart of the youth who intend to submit a "sign so" or dowry (mahr) as a requirement in the implementation of the ceremony. This poem was sung while giving dowry promised and agreed to increase spending in traditional ceremonies (procession woo) previously.
    Session leader (head of Malay adat) will inspect the dowry and gifts from the male to the female. When handed the dowry and gifts, the party youth will sing the following rhyme:

    1. Young land land new shrubs, rarely shrubs. I like the slaves do not know, a little more or less proficient.
    2. Flying across the moon, let's perch in the middle of the house. We eat a betel Prologue, we chew the same.
    3. Reparation-molting road in pecans, Senduduk uratnya flat. It seems we eat afterwards Sirih nak open the word.
    4. Fly chained above permatang, Flying let three faces. What awaited has come, we are trying to open word.
    5. Fly quiet road to the well, Kerakap on the floor. Mintak Datuk sorry all, I'm talking less clever.
    6. Children monkey jumped up and down, let's jump in taro. Proficient diumpat not bad, not good Proficient in praise.
    7. The position of more Morinda citrifolia, uratnya there fell into the valley. Datuk Datuk interrupted the four tribes, I sat menghulurkan worship.
    8. Trenches stone fence peg, currency chests ear noises. Evening to close the morning open, if further requested to hear.
    9. Senggugut banana stem, banana flavor I layarkan. Valid until sufficient numbers, my son pay inheritance debts.

    Pantun to Receive Diamond Wedding (Mahar)
    This poem contains phrases in accepting delivery of goods of marriage (dowry or dowry and gifts) which was sung by a competent interpreter of the women as an expression of the sign to accept and agree to marry. Pantun receive dowry was sung at the time of the women received a dowry.

    1. Main citrifolia on the hill, uratnya kelembah fallen. I beg to grandfather, to whom the boy worshiped?
    2. People hire of the alif, they are many of the esa. Take the vizier of the Prophet SAW, grab a succession of old nan.


    After that, the groom may be seated cross-legged facing the prince (progenitor priest). Before the procession
    the ceremony took place, terlabih first public sermon marriage. After reading sermons marriage was over, the prince shook hands and clutched the hand of the groom while mengakadnikahkannya.

    Pantun After the Covenant of Marriage Done
    The procession of the ceremony ended with prayers Bacan safely onto the bride, and guests are welcome to sit beside the bride who has sat on the aisle. Bride greet and kiss the hands of her husband (the groom).
    After that, the bride pinned men put a gold ring or gold necklace on her neck. At that moment, a beautiful poem containing the phrase mengahiri ceremony procession chanted.
    Pantun after the ceremony was sung by a competent interpreter from both female and male side. Therefore, rhyme after rhyme marriage contract is unrequited as below:

    Party man:

    1. Betel Prologue leads the memorandum, Delivering the news from people related by marriage. Nan sat down to worship the mother's father, Yang recently received pulak.
    2. Customary couplets was over, Worship marriage of four menda. Which is not really wrong is not wrong, I'm sorry Just a pinta.
    3. Our couplets seem long, Do not be bored oh brother. Which was really wrong not wrong it's known us human.
    4. Eating betel berpinang not, Pinang come from Melaka. Eating betel not satiate, Togehkan children take across the word heritage.

    Party girls:

    1. Eating betel berpinang no no, Pinang terselit in selopa, if not satiate, firmly in the tradition and heritage.
    2. Small Hangau long pelopah, No beraduh please anduhkan. This new course menghelakan worship, one louder I'm sorry.

    Pantun dihari Persandingan
    Persandingan Day is the biggest event and the culmination of a whole prossi marriage. Remembering the day
    persandingan the culmination of the largest ceremony, it is usually time perhelatannya will lapse a few days or several weeks setelsh contract persandingan nikah.Penentuan day was based on agreement of both belahpihak kespakatan. When the day arrived persandingan, at first representative of the bride's family will pick up the groom to come erumahnya. Like the king, he will be paraded with the bride, accompanied by a Malay dress and bersongkok pinchers who served flanking and groom umbrella all the way to the bride's house. No lag, two children participated mendampingin groom children carrying flowers Manggar. The procession will diiringin by wasp tambourine (Abu Bakr and Husin, 2004). When the bride arrived in front of the house, a special poem for today's poem sung persandingan. Pantun this persandingan Day procession of which contains about welcoming the bride to dipersandingkan above the altar. At that time, the leader of the event (progenitor siding) will mempoerkenalkan the bride and groom to the invitation by giving praise praise to the two couples. After that, the next procession followed a sermon giving the bride good luck messages containing advice and wise message to the bride for the household in living life steep.

    Pantun Day persandingan contains:

    1. Poem to welcome the bride.
    2. Poem to praise the bride.
    3. Celtic dagger bride.

    Pantun to Welcoming Bride
    Poem containing the phrase wedding reception to welcome the groom to dipersandingkan with pengatin women over the aisle. Two representatives from party the bride will sprinkle rose water and saffron rice while allowing the women who followed the group to go up to the house. Meanwhile, the groom man seated in a chair to watch the usual entertainment in the form of it, man groom may be seated in a chair to watch the usual entertainment in the form of martial art performances presented by some of the villagers as a tribute to the groom who became king for a day (Abu Bakar Hussin,
    2004). Poem welcoming the bride was disclosed to the accompaniment of another poem rebound contain an invitation to the invitation to taste the banquet food that was served.
    In this procession, women and the men berbalasa each poem is preceded by the female as a host:

    1. Purple amethyst, carved stone diamond quality. Malay Customary welcome guests, spread lebarkan door mat.
    2. The person doing all the shrimp to the sea, the evening tide had already come pelita.Y ang awaited the awaited has arrived.
    3. Sarenda cooked green bananas, low layu.Tinggi'll wilt not the same review, then I'll never last.

    Parties will reply to rhyme man who revealed that they actually have arrived since last if no one gets across.

    Sebelit long white cloth, Let's make rope bucket. Otherwise convoluted way, this morning we had arrived.

    By the female, the above poem met with expressions of respect as a mark of respect while allowing the group the men to sit and enjoy the feast that was served.

    1. Not the location of any location, location progenitor ditikar smoked. Location request ditikar ask, worship hall progenitor in the tip.
    2. Singapore's beautiful country, its Middle homes all around it last week. It is customary Datuk institution, rice is served, I sembahkan.
    3. Partridge flew into the hill, Down to the ground to eat bran. Black rice lauknya bit, either increased or not.
    4. Beans purchased in kelai China, Cooked people in pots. Cubalah taste lord of all, if less salt may ask.
    5. I do not know I do not know turnip greens, Eaten sompak people in the pot. Beragak not put gravy, Heart pulak sense kopak.
    6. Bees do not nest again, Out came home to Mount Ledang. Dipanjang no longer worship, dishes are spread out.
    7. Children quail run run, Run kelalang burned. Take water wash finger tip, our meal was spread.
    8. I do not memanjangkalam, written Want kalam broken already. Want to read the letter already dark, Wabillahi yours respectfully.
    9. Take wazan the Prophet, Take turusan in the elderly. Kok until day festivity step that the boy later.
    10. Lancang winds above, girl dripping string lute. Jongnya wax paper screen, kid sail the lake of fire.
    11. Rama rama Sikumbang teak, Broken ruse grow berkuda.P atah grow lost change, Indigenous heritage as well. Accept it.

    Praise poem for Brides

    This poem contains praise praise to the bride who was sitting delights ideals above pelaminan.Di persandingan day, poem of praise is always sung in order to introduce the bride and groom to the guests undangan.Lantunan this poem describes how serasinya the bride alone, like a queen and the king who sat on the throne.

    1. Bird bird jelatik quarterback, look for birds' nests tempua. Just pretty equal match, like nut in the split second.
    2. Batik cloth batik shawl, Let's spread to the stage. My younger brother was pretty beautiful, How dakwat with paper.
    3. Padang padang temu opal, The king built the city. Wise met with the jeweler, How the ring with rermata.
    4. Batik cloth batik shirt, batik come from Java. My younger brother was pretty beautiful, agai nut halved.
    5. Just pretty equal match, the same handsome Just beautiful. Just the same-aged youth, Like a nut cut in half.
    6. Like Adam with Eve, How Uda and Dara. Like Rama and Sinta, How Laila denganMajnunnya.
    7. Tanglun late night tide, So easy to watch people. Fish in the sea of acid on the mountain, the cauldron met as well.
    8. Son of the king went into the park, Taman Indra Betara ban. Met Arif Budiman, Especially beautiful sea pearls.
    9. Main pineapple in kuala Daik, Let the children learned Malay. Mr. terrace a good example, More and more ditunu smell.

    Pantun Tuah Bride
    Pantun bride of advice and good luck message to menage living life full of twists and turns. Recite this poem in a series of processions on the day of the trial, bersempena with sermons or lectures that conveyed by religious leaders as to give messages and advice. Celtic dagger substitute contains messages of wisdom and good advice, among them is this: good luck poem for the bride to live with wisdom, good luck poem for each other Compassionate bride, bride and groom good luck poem for life faithful to each other, and the bride for good luck poem not polygamy.

    1. Pantun Tuah Brides for Living the Life with Wise.
    2. Pantun Tuah Brides for Mutual Berkasih-pity.
    3. Pantun Tuah Brides for Mutual Life Faithful.
    4. Pantun Tuah Brides for to no polygamy.


    Pantun Tuah Brides for Living Life Wisely
    This poem speaks about married life philosophy. In married, husband and wife should serve each other, sharing, mutual respect and appreciate, same bad destiny, and sat agree if there is disagreement. In short, this poem gives "good luck" (philosophy of life) or wisdom for the bride both in living life together, often full of thistles and thorns in the life of a steep and full of twists.

    1. People relapse makes the rice fields, Dipagar with thorny pandanus. Mr. very auspicious fate, pelanduk come surrender themselves.
    2. Kite flying into Aceh, Fly to the bushes to eat rice. A dear one love, How hempedu bonding in the liver.
    3. From Johor to Majapahit, seems contrary to Pandan Island. Already mansyur good name, Add also fortunate agency.
    4. When you reach the sea ivory, steered the boat to find the strait. When fighting in the negotiations, Eloklah back to the indigenous.
    5. Sepat fish fat taste, more fat than gelama. Banana sesikat digulai pot, signs agreement together.
    6. If applicable any dispute, husband and wife argue argue. Sitting negotiate lapangkan chest, heart Settle Extend approx.
    7. Putat shoots red color, if dikirai flying. Sitting agreement contains dagger, the dispute was over after revenge.
    8. Coconut gadingbuahnya many, Heavy berjuai at the base of the midrib. When negotiating a fellow wise, tangled dispute was already finished.
    9. When to go trawl the bay, we kokohkan rigging. If you sit down to find consensus, Jealousy and envy us away.
    10. Great is the fruit of palm ivory, lace give Dikerat bunches. Great dagger sat negotiations, consensus can work into.
    11. The Chinese sell meat, bear meat is sold berpikul. If you carry the same light, if the same weight bear.
    12. Abundant water tides, beach house wet pole. Heart dilapah elephants same, the same germ Heart dicecah.
    13. Serindit same bird singing, As I alighted didahan tua.B ila pinched the left thigh, right thigh feels likewise.
    14. Javanese people go to Banda, Buying fish with old rebung.Orang married young, How taste win fight.
    15. Naik hilltop buy pepper, pepper grain split seven. What sick widow married, Children can step ordered.
    16. Elegant way the old town, Left Right trunked Sepat. Elegant married older, full stomach can experience.
    17. Elegant way starfruit tree, near the lime lungga Grows. Elegant cleft married women, though mad laughing nevertheless.

    Pantun Tuah Brides for Mutual Berkasih-pity.
    This poem contains nasehgat for the bride and groom love each other so avoid conjugal conflict that could trigger perceraian.Dalam indigenous and Malay traditions, saying compassion menumbuhkkan effort started early, and done in a family environment to realize a prosperous household. The elders said that if domestic life, society and nation is not based on mutual love, respect and honor, then sooner or later society will be damaged and met its demise. In another phrase mentioned:

    "If life Compassionate, the land of peace, life was calm" or "out of love, gone the difference".

    Rhymes for each bride berkasih dagger between husband and wife saying is this:

    1. If the buds are expanding, a great many of the beetle arrived menyeri. If life Compassionate, makmurlah quiet country life.
    2. If the buds have expanded, the smells fragrant petals broke. If life Compassionate, Life berkaum might receive a blessing.
    3. Elegant fabric dyeing scarves, beautiful color-yeast leavened. Eloklah life Compassionate, Tuahnya evenly across the country.
    4. Fruiting wood in the middle of the desert, lush leaves shelter. Malay Sorcerer Compassionate, the dispute away Living in harmony.
    5. Fruiting wood shade leaves, place sheltering deer and antelope. Malay Sorcerer Compassionate, Dispute far hiduppun calm.
    6. Multiply fruit cases fruit, noni fruit is sticky dibatang. Multiply dagger dagger case, Tuah Melayu Compassionate.
    7. Upright riding veined basil, flower seeds made the drug. A great deal of love called, Compassionate bringing grace.

    Pantun Tuah Bride for Life Mutual Faithful
    This poem speaks about the promise of faithful living, harmonious, and one word is the advice for the couple keep each other diri.Pantun bride is sung by both men and bride in expressing their faithful promise, and efforts to resist and resist the lure of a third person who usually become trigger source of conflict within the household.

    1. Above the main town of teak, honey teak berbunga.Tuan a crown no heart, we die Live together.
    2. Elephant beraksa break horses, Mayang where struck down. Just melt together perish, sir I will not release.
    3. Water sherbet in a cup, Up in Java would not be bound Anji dicurahkan.J dimangkir, Body and soul delivered.
    4. High hill Mount Senanti, Place monkey repeatedly siang.Teguh-firm hold promise, How the ribs with a pole.
    5. Cuckoo digulai fat, rice stem halved. Let adinda scolded Ma, Origin can with Kanda.
    6. Moonlit glow, the Son of crow to eat rice. If adinda not believe it, look at the contents of Fission chest.
    7. Pigeons fly a thousand, perched on a limb. About to die at the end of the nail, Want berkubur on palm.
    8. Doves flying friends, Got a shot high. We suppose that when the body, crushed Just do not change.
    9. Mayung Ibul mayung Ilam, three with mayung sebatu. Same arise as drowning, How dependent anchor stone.
    10. Stem Pulai in the woods, thatched bars dikerat-slices. Love to you ladies already, from the world until the hereafter.
    11. Rejang is rejang centipede, centipede breed in rice. Tuan like shroud, Bad can not be replaced.
    12. Chestnuts from Palembang, for sale with fruit keranji. "Do not be hesitated, I do not deny an appointment.
    13. Fruit Jering in ataspara, Drawn slaves while running. When dry the Strait of Malacca, I was only back out the promise.
    14. Chestnuts from Palembang, slave sale in the city. Do not shoo hearted woman hesitated, Kanda does not change the word.
    15. Sassy new king in grooming, Flowers kulurut basil as well. Let Kakanda collapsed on the field, who love kuturut Heart as well.
    16. Moon light turtles play, young enlightened path. We like clothes and fabrics, Never tenuous from the body.
    17. Transport-haul flying to the sky, Dead at sambar merbah child. Let bertangkup earth and sky, Compassion will not change.
    18. Children Belida consuming review, Pandan in Java in ranggungkan. If Kakanda renege promise, Body and soul pass.
    19. Son of a horse on flat boards, Take miser with a saw. If I've said, I is not renege promise.

    Pantun Tuah Bride To Not polygamy
    This poem was sung to provide advice and messages to the groom not to engage in polygamy. This poem is about the risks that can occur when men do polygamy, for example can cause the risk of destruction of the palace of marriage that has been in community development, as in the phrase rhymes kiaskan below:

    1. Two-stage puppet play, Cuba teller Java saga. How can my son responsibility, one elephant two shepherds.
    2. Sitting in the dim twilight prate, typhoon wind blowing hard. If the two ships captain, shipwrecked address the wave struck.
    3. Wandering creep upstream, Principal thick durian flowers. Okay first of regret, Regret and then what's the point.

    Pantun In First Night
    This poem contains the expressions of love which is considered by the groom and the woman who has officially become husband and istri.Pantun contains gentle persuasion and an expression of tenderness between them after the procession persandingan full of tired. According to Abu Bakr and Hussin (2004), Parents of the bride or her representative would not give up their children (bride) to the daughter (the groom), for example on Thursday afternoon. Thus, On Friday night, the wife will sleep and entirely mixed with her husband in the bridal chamber. At night, put betel slap in the bridal suite as a symbol that contains the meaning of the bride's virginity. The bride's purity proved by virgin virginity on that first night.
    The next morning, he offered Bride slap-in-law as a symbol of betel told that his wife was a virgin at first night. The first night, B ujuk cooed and intimate expression always sung in the poem that accompanies the expression of a full night of passion and intimacy.

    Rhyme-rhyme Among them are:

    1. Ivory palm top palace, Crushed berkecai bone meat. Not yet can not stop, going along with you ladies.
    2. Cook the rice cake contains a core, pomegranates in the cup. Not yet can not stop. Going along with you ladies.
    3. Digulai charge a fat, sweet basil leaves in the bottom of the stems. Bog bush path, because I love to come.
    4. Eat sweet lime sweet, sweet taste its contents. Viewed considered sweet sweet, sweet heart budinya.
    5. Eating mangosteen with the seeds, leaves miana on a baking sheet. Because the liver budinya sweet, How the heart is not an affection.
    6. Clouds move comes struck, thousands of stars seemed keti. Let me not beautiful nature and fine, as long as clever take heart.
    7. Children monkey on the beach, Going to eat the rice plot. Let the ugly fabric in use, as long as clever take heart.
    8. Selikur day renjang ghost, ghosts rolled sitting cross-legged. Mr. ten quality gold, Makin pleased me more mad.
    9. Gelama fish on the reef, Kail let's son Christian. More and more dear, How perbani tide.
    10. Betel nuts in the camp, Want to inhibit deer herd. Adinda Let us meet, Want joking with you sir.
    11. Dutch Dog in the camp, Want to inhibit deer herd. Adinda Let us meet, Want joking with you sir.
    12. Wine-palm wine ladies, no woman bali coconut. Please-please the master, no master who else.
    13. If any horse in Aceh, the fruit on the tree Putat Pauh. If indeed adinda love, home away I guess close.
    14. From Apex to Banyuwangi, Use Kerawang silk shirt. Mr. origin fragrant flower, Until I threw did not wilt.
    15. Children deer in the woods, Off eaten wolf. When the respected face ladies, Shattered hearts like crazy boy
    16. Dragon Cintamani, Mari ditoreh seven culanya. Mr. sherbet like dani, Seven years taste the sweetness.
    17. Young coconut fell in the mud, tree serentang on the edge of time. Forgotten master during sleep, when waking recall.
    18. Where pigeon flying, From the field down to the times. Where it comes from love, from the eyes down to the liver.
    19. White tiger at an intersection, arrows Dead King Roka. Yellow white lover's brother, which one does not like liver.
    20. What to plug a lamp, if not with its axis. What to make love. If not with true.
    21. Cindai cloth folded, folding edges let spring. Really clever alluring sister, Able Kanda surrender themselves.
    22. Flowers cape flowers not so, scattered in clumps Fall reed. Shattered hearts because of mind, In the water bodies perspire.
    23. If the collapsing city of Melaka, I created boards in Java. If you could like in words, body and soul I submit.
    24. The ship sailed three countries, See you in the sea dragon fight. Think fine self, both wet a bath.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUNGAI BEROMBANG DARI MASA KE MASA

Tanjungbalai Dalam Foto

LEGENDA GUA "LIANG NAMUAP" DI SIBUHUAN SOSA