Jembatan Sungai Silau Tanjungbalai Masa ke Masa

Jembatan Sungai Silau Dari Masa ke Masa


Memperhatikan titi silo masa kolonial di atas dibandingkan dengan kondisi sekarang seakan ia bercerita tentang masa lalu kota ini antara lain:Titi yg dibangun pada awal abad 20 itu (sekitar tahun 1920an) setelah Kota Tanjungbalai dijadikan sebagai Gementee berdasarkan Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. 1917 Nomor 284.

Hal ini sejalan dengan berdirinya perkebunan – perkebunan  di daerah Asahan dan Sumatera Timur, seperti : 

H.A.P.M (Holland America Plantage Mascapij) kemudian setelah Indonesia merdeka menjadi Uni Royal dan akhirnya sekarang sudah diakuisisi oleh Grup Bakrie. Didirikan dengan nama Naamlooze Vennootschap Hollandsch Amerikaansche Plantage Maatschappij bertempat di Kisaran, Sumatera Utara sebagai perusahaan karet 1957   berganti nama menjadi PT United States Rubber Sumatra Plantations (USRSP) setelah diakuisisi oleh Uniroyal Inc. 

1965     USRSP dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia hingga 1967. 1985     Berganti nama menjadi PT Uniroyal Sumatra Plantations  1986    Berganti nama menjadi PT United Sumatra Plantations (UNSP) setelah PT Bakrie & Brothers mengambil alih kepemilikan 75% saham USRSP. 1990    Melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta) dengan harga nominal Rp 1.000 per lembar saham. 1992    Berganti nama menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP), dan mulai memasuki bisnis kelapa sawit. 

1997    Melakukan stock split 2:1 dan mengubah harga nominal saham menjadi Rp 500 per lembar saham Menyesuaikan dengan ketentuan Undang-undang tentang Perseroan Terbatas, nama menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk.

Socfindo; PT. Socfin Indonesia didirikan pada tanggal 7 Desember 1930 dengan nama Socfin Medan S.A. Pada tahun 1965, PT. Socfin Indonesia dialihkan di bawah pengawasan pemerintah Indonesia berdasarkan penetapan Presiden No. 6 Tahun1965.

Pada tahun 1968, PT. Socfin Indonesia menjadi perusahaan patungan antara Plantation Nord Sumatra S.A. - Belgia (pemilik saham Socfin) dengan pemerintah R.I dengan nama PT. Socfin Indonesia (Socfindo), berdasarkan UU penanaman modal asing No. 01/1967 dengan perbandingan kepemilikan 60% saham Plantation Nord Sumatra dan 40% saham pemerintah Republik Indonesia.

Pada tanggal 13 Desember 2001, sejalan dengan privatisasi beberapa BUMN oleh pemerintah R.I., telah terjadi perubahan kepemilikan saham Socfindo menjadi 90% saham Plantation Nord Sumatra dan 10% saham pemerintah R.I. di bawah kementerian BUMN. SIPEF (awalnya pada tahun 1919 milik investor warga negara Belgia pada tahun kemudian sekarang berubah menjadi PT. Tolan Tiga).

PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, (Lonsum) adalah perusahaan agribisnis yang terkemuka. Perusahaan ini berdiri melalui inisiatif Harrisons & Crosfield Plc, perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London sejak 1906. Ketika awal berdiri perusahaan ini melakukan penanaman karet,teh dan kakao.

Di seberang sungai silo itu tampak barisan gudang milik Angkutan Perkebunan Belanda masa kolonial itu. Perusahaan ini dikerjasamakan pihak kolonial dengan pengusaha tionghoa setempat di masa itu. Perusahaan itu disebut dengan TPO (Transport Plantage Onderneming). Armada angkutannya meliputi truk, kereta api dan kapal dari dan ke pelabuhan Teluk Nibung.

Sejak tahun 1990an lokasi TPO itu  dimanfaatkan masyarakat menjadi Pajak Monza menjual pakaian pakaian bekas eks luar negeri. Masyarakat Tanjungbalai akrab menyebutnya dengan Pajak Seken. Kemudian sekitar tahun 2015 Pemerintah Kota Tanjungbalai membangunkan Losd Pasar disitu untuk membantu para pedagang yg hanya membuat tempat berjualan dan menyimpan barang seadanya. Sedihnya awal Desember 2019 kemarin habis terbakar.

Di pangkal titi itu di sebelah kanannya pada foto di atas tampak sebuah taman (water front masa kolonial). Disana tempat masyarakat Tanjungbalai mencari udara segar sambil mencuci mata kala itu. 

Sejak Tanjungbalai menjadi Kotamadya lepas dari Kabupaten Asahan dan sudah mempunyai Polres sendiri water front Tanjungbalai masa kolonial itu berubah menjadi pos polisi lalu lintas juga pengembangan Pajak Kawat yg ada disitu.

Titi itu awalnya tidak begitu lebar. Mobil besar tidak dapat berselisih. Tampak lebih banyak dilalui masyarakat yg berjalan kaki. Menunjukkan kenderaan pada masa itu masih sangat sedikit. 

Pada akhir tahun 1970an salah satu sisi pagar titi silo itu pernah rubuh dikarenakan ramainya penduduk berdesakan menyaksikan beberapa perlombaan dalam rangka perayaan hari kemerdekaan 17 Agustusan di Sungai Silo itu. Akhirnya dengan bantuan pusat (APBN) pada Pemprov Sumut (APBD Sumut) jembatan Sungai Silo itu dibangun baru disisi kanan (bila dari pusat kota) jembatan lama buatan kolonial Belanda itu. Jembatan baru itu lebih lebar dan lebih tinggi dari jembatan lama. (Harunsyah Arsyad)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUNGAI BEROMBANG DARI MASA KE MASA

Tanjungbalai Dalam Foto

LEGENDA GUA "LIANG NAMUAP" DI SIBUHUAN SOSA