Postingan

Madrasah Ulumil Arabiyah (MUA) Tanjungbalai Riwayatmu Dulu

Gambar
Syeikh Abdul Hamid Pendiri Sekolah MUA (Madrasah Ulumil Arabiyah) Tanjungbalai Kata Melayu telah dikenal mulai sekitar tahun 100 - 150 SM seperti yang tersebut dalam buku Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya Dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air. Kemudian setelah itu sekitar abad ke 7 muncullah kerajaan melayu tua di Sumatera yang masih menyembah berhala (Hindu) seperti Jambi, Sriwijaya, Perlak, Dharmasraya (sesuai catatan Marcopolo). Setelah Sriwijaya ditundukkan dan dilemahkan oleh Raja Chola dari India (sekitar abad ke 11) lalu pada abad ke 13 kerajaan kerajaan melayu tua itu bangkit kembali dengan wajah baru setelah  sampainya pengaruh Islam dari Kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Pada abad ke 17 kerajaan kerajaan melayu tua (Hindu) itu telah berganti menjadi kerajaan Melayu Islam, seperti Pagaruyung dan Siak. Akhirnya muncul pulalah kerajaan kerajaa

Lorong Pucuk Tanjungbalai

Lorong Pucuk Sejak dahulu sampai sekarang namanya masih disebut orang Lorong Pucuk. Sebuah kawasan di sudut kota Tanjungbalai yang terletak dan berbatasan dengan Sungai Silau di sebelah Utara, Jalan Veteran di sebelah Timur, Jalan Julius Usman di sebelah Selatan dan Jalan Taqwa di sebelah Barat. Antara sekolah Gubahan di Utara dan sekolah MUA di Selatan. Tahun 70an ke bawah di kawasan ini banyak terdapat rumah rumah penduduk yang menghasilkan rokok daun. Penduduk di kawasan itu mengolah pucuk pucuk daun nipah yang didatangkan dan dibawa para pelayar dari Timur (Kualuh, Labuhan Bilik, Sungai Berombang bahkan Panipahan-Riau) melalui Selat Malaka masuk ke Sungai Asahan lalu terus ke Sungai Silau sedikit melewati Pajak Kawat.  Tak heran bila kita melewati kawasan itu sampai dengan akhir tahun 70an maka akan banyak kita jumpai ikatan ikatan pucuk pucuk nipah di kolong kolong rumah panggung dan halaman rumah disitu. Sisa sisa dari pucuk nipah yang telah diambil helai bakal daun mud

Artis Jadul Asal Tanjungbalai

Gambar
Deretan Artis Lama Skala Nasional dan Internasional  Asal Kota Kerang Hadisjam Tahax nama aslinya Idam Sjamsuddin bin Taha. Lahir di Tanjungbalai 15 Agustus 1927. Dibesarkan di daerah Lorong Pucuk Tanjungbalai. Merantau ke ibukota dan berkecimpung di dunia perfilman. Sering memerankan peran antagonis. Pendidikan : Anglo Indonesia School Medan sampai kelas VII. Tahax terjun ke film sejak tahun 1955 sebagai pemain. Film filmnya antara lain : "Peristiwa Danau Toba" (1955), "Sungai Ular" (1961), "Pelacur" (1975), "Tengkorak Hitam" (78) dan lain-lain. Hingga akhir 1977 ia telah main kurang lebih dalam 40 produksi film kebanyakan mendapatperan sebagai lawan main pemegang peran utama, dan umumnya berkarakter jahat. Dalam film "Luka 3 Kali" (1965), ia tampil sebagai pemain utama. Di luar film Tahax aktif di bidang sandiwara TV dan pentas. A.R Tompel nama aslinya Aman Ramli Jaafar. Aman Ramli Jaafar dilahirkan pada 24 Oktober tah

Tangkahan Cap Go Can Tanjungbalai

Gambar
Boom, Tangkahan Tigo Sen dan Cap Go Can  Boom Tanjungbalai Pada masa lampau ada beberapa tangkahan tempat naik turunnya penumpang menggunakan moda transportasi sungai dan laut dari dan ke Tanjungbalai selain Pelabuhan (Boom) yang terletak di Jalan Asahan Tanjungbalai di tepian Sungai Asahan. Pada masa kolonial Belanda sampai akhir tahun 80an pelabuhan ini masih berfungsi sebagai pelabuhan laut antar pulau yang kebanyakan dari Tanjungbalai ke daerah daerah di pesisir Riau (untuk pelabuhan internasional digunakan Pelabuhan Laut Teluk Nibung), ekspor impor melalui pelabuhan ini terutama ke Tanah Semenanjung. Gambar : Gedung Syahbandar Tandjoengbalei masa kolonial saat air pasang (terletak di depan Boom Tanjungbalai) Boom Tanjungbalai itu adalah tempat bersandarnya kapal kapal kayu berukuran sedang. Setelah terjadinya pendangkalan terus menerus terhadap Sungai Asahan dan belum pula direspon oleh pemerintah pusat selaku pemilik kewenangan tentang sungai maka lambat laun kapal

Stasiun Kereta Api Tanjungbalai

Gambar
Stasioen Kereta Api Tandjoengbalei  Salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda di Tanjungbalai adalah Stasiun Kereta Api Tanjungbalai yang sekarang terletak di sisi jalan Letjen. Suprapto Kel. Tanjungbalai IV Kec. Tanjungbalai Utara, Tanjungbalai. Di awal tahun 1980an s.d 1990an dahulu di depan stasiun kereta api ini ada berdiri sebuah bioskop bernama Bioskop Ganesha. Bioskop ini umumnya hampir setiap malam memutar film Hindustan saja. Pemiliknya adalah seorang pengusaha keturunan India di kota ini yang juga pemilik Bioskop Garuda di jalan Cokroaminoto Tanjungbalai. Pada masa kolonial dahulu di kawasan ini, mulai dari tepian Sungai Asahan (sekarang S. Dengki) di sebelah Timur sampai tepian Sungai Silau di sebelah Selatan dan Timur serta Sungai Tualang Raso (Sungai Kapias) di sebelah Utaranya hanya dijadikan sebagai kompleks dari Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Pada masa itu pergudangan dan rel kereta api DSM ini sampai ke ujung daratan di tepian Sungai Silau di pertem

Sekelumit Tentang Berdirinya Lapangan Pasir Tanjungbalai

Gambar
Sekelumit Tentang Berdirinya Lapangan Pasir Tanjungbalai Sebidang tanah yang dikelilingi Jalan Pahlawan Tanjungbalai itu dahulunya adalah bagian luar dari halaman istana Kesultanan Asahan. Boleh disebut sebagai alun alunnya kesultanan. Lapangan terbuka ini  di masa itu ia masih satu hamparan dengan lahan lapangan bola Stadion Asahan Sakti sekarang yang masa itu belum ada atau belum dibangun.  Kedua taman terbuka hijau itu hanya dipisahkan sebuah jalan raya (lihat gambar).  Dua lapangan terbuka di depan istana itu menambah keasrian kota Gementee ini dan sekaligus juga menambah keindahan serta kemegahan istana Kesultanan Asahan itu sendiri. Apalagi di belakang istana itu mengalir jernih Sungai Silau yang membelah Tanjungbalai menuju pertemuannya dengan Sungai Asahan di ujung tanjung. Pada sekitar awal tahun 1970an dilakukan pengorekan atas sedimentasi (pendangkalan) Sungai Silau dan Sungai Asahan. Pekerjaan ini dibiayai oleh pemerintah pusat. Dalam pekerjaan itu ada 2 (du

Samgar Tanjungbalai

SAMGAR   Bagi orang orang tua yang lahir dan dibesarkan di Tanjungbalai ataupun para perantau asal Tanjungbalai kelahiran 1960an kebawah pastilah tak asing mendengar nama ini. Apalagi mereka itu para preman tua yang ada disana ataupun yang berasal dari sana. Samgar adalah panggilan akrab masyarakat Tanjungbalai kala itu. Ia merupakan kata singkatan dari Samping Garuda. Disebut begitu karena letaknya memang persis di samping Bioskop Garuda. Kedua tempat itu kini telah berubah menjadi komplek pertokoan. Samgar adalah lapak pada sebuah lahan kosong yang berbatasan langsung  di sisi Baratnya dengan Bioskop Garuda, di sisi Timur dengan jalan A. Yani di sebelah Utara dengan jalan Cokroaminoto dan di sebelah Selatan dengan belakang pertokoan jalan Teuku Umar (sekarang kira kira di belakang Rumah Makan Chaidir). Lahan kosong yang hampir satu blok itu terletak diantara tiga jalan itu semula merupakan lahan parkir sepeda maupun sepeda motor para penonton Bioskop Garuda. Lambat laun